Mohon tunggu...
Ahmad Shadiq
Ahmad Shadiq Mohon Tunggu... Administrasi - Membaca, Mengarang dan Menulis

"Menulis adalah cara terbaik untuk menyimpan ingatan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dengarkan Curhatku, Tuhan

16 April 2014   15:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku tak tahu harus kumulai dari mana kisahku ini, semua terasa suram semenjak ia pergi meninggalkanku. Ia pergi bukan karena ingin kita tapi karena ingin orang tua kita, entah apa ada campur tangan dalam putusan itu? Bahkan jika harus marah, aku tak tahu harus marah pada siapa?

Kalian pasti tau apa yang aku maksudkan dan aku bisa pastikan jika kalian menebaknya maka tebakan kalian itu sudah pasti benar.

Yah perjodohan. Mengapa ia harus datang dan mengganggu hubungan kami? Darimana datangnya? Bila mana ingin mengusirnya atau melenyapkannya, aku pasti aku bersyukur sekali jika ada cara yang paling efektif untuk itu. Serta masih banyak lagi pertanyaan yang terbersik dalam benakku tentang perjodohan ini.

Perjodohan menurutku merupakan istilah paling konyol yang ada di dunia ini. Ia merupakan kata yang tak seharusnya ada dalam kehidupan setiap insan yang tengah menjalin cinta. Maksudku, kekuatannya bahkan bisa menghancurkan kehebatan cinta. Perjodohan satu-satunya yang mampu membuatku berpikir bahwa kematian itu jauh lebih lebih nikmat dari kehidupan. Entahlah, mungkin seharusnya begitu.

Dia memang tak cantik, tapi cinta telah datang menghampiri kami. Memberikan canda tawa yang tak pernah ada habisnya. Mengikat kami dengan jalinan kasih sayang yang tak akan pernah putus. Namun sekarang, dia yang kusebut dengan kekasih telah pergi dan memberiku penderitaan yang mungkin untuk selamanya.

Aku berharap ini semua hanya mimpi buruk adan aku ingin segera bangun dan mendapati kenyataan bahwa belum ada yang berubah diantara kami. Namun harapan yang kuimpikan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus ku hadapi. Mungkin benar kata pepatah jika kau tak lagi punya cinta maka begitupun dengan harapan.

Oh Tuhan, mengapa semua ini harus terjadi? Dikala kami telah memiliki banyak sekali persamaan. Dan engkau pasti tahu itu kan?

Engkau tahu aku dan dia sudah sama-sama saling kenal satu dengan yang lainnya. Engkau tahu aku dan dia sama-sama selera dan hobi yang sama. Engkau tahu aku dan dia sama-sama saling cinta. Dan engkau pasti juga tahu bahwa aku dan dia sama-sama laki-laki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun