Mohon tunggu...
putra alwariz
putra alwariz Mohon Tunggu... Mahasiswa - berkerja dan kuliah

Berjuang dari jurang kemiskinan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengubah Stigma Pemikiran Kalau Orang Miskin Tidak Bisa Mengenyam Bangku Kuliah

16 Februari 2021   09:45 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:03 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika kita masih kecil sering kali kita berbicara tentang impian kita yang begitu tinggi membahas tentang mimpi untuk menjadi Astronot, Dokter, ataupun menjadi bos di sebuah perusahaan besar. Seiring berjalannya waktu kita terus bertumbuh lantas kita berfikir bahwa impian yang tinggi sangat sulit kita capai terlebih lahir dari keluarga orang tidak punya, bagaimana berani mempunyai mimpi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja saya rasa tidak cukup, udah bisa makan aja sudah bersyukur kalimat yang selalu saya katakan dalam hati saya.

Selama menumpuh sekolah menengah atas (SMA) saya selalu membantu bapak untuk berjualan ikan hasil tangkapan dari danau demi menyambung hidup dari hari ke hari, saya tidak pernah malu masih memakai baju sekolah menawarkan ikan hasil tangkapan bapak kepada tetangga rumah demi perut ini bisa makan hari ini dan hari esok. Saya selalu mempunyai prinsip dalam hidup saya berbaktilah sama kedua orang tua selagi mereka masih ada, doa-doa dari mulutnya akan selalu memudahkan langkah hidup kita. Disaat anak seusia saya saat SMA mereka pulang sekolah bisa tidur dengan nyenyak bisa beristirahat tetapi nyatanya saya harus berkutat dan berperang sama masa depan dengan membantu bapak berjualan ikan hasil tangkapannya, keluarga saya bisa makan enak seperti ayam dan daging jarang ditemukan di meja makan rumah saya. 

Beranjak saya lulus dari bangku Sekolah Meengah Atas (SMA) saya bingung mau kemana selanjutnya kaki ini untuk melangkah apakah saya ingin bekerja atau kuliah, sebetulnya saya ingin kuliah tetapi keadaan yang membuatnya tidak mungkin. Saya tinggal d kawasan Tangerang dimana saya melihat sebuah bangunan megah bernuansa luar negri sebuah universitas yang sangat elite universitas tersebut bernama UPH, saya berfikir apakah saya bisa kuliah di sana bangunan megah yang membuat saya takjub, ah tidak mungkin pikirku mengingat pekerjaan bapak tukang pijat keliling dari rumah ke rumah dan ibu saya seorang ibu rumah tangga, apalagi saya mendengar segelintir orang mengatakan banyak kaum bourjuis yang pada kuliah di sana, hati kecil berkata saya tidak boleh kalah sama keadaan dan mengubur mimpi saya mungkin suatu hari saya bisa menimba ilmu di universitas tersebut. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengatakan "Jika kita berbicara tentang impian besar dan melibatkan nama allah maka jangan pernah katakan tidak mungkin" sebuah tulisan yang membuat saya terbakar untuk merubah nasib keluarga saya dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Setelah saya mendapatkan izasah SMA lalu saya melamar pekerjaan disebuah perusahaan yang terbilang cukup besar, berawal dari gajih 1.700,000 lalu saya menyisihkan sebagian gajih saya tiap bulan untuk pendidikan agar bisa mengenyam bangku kuliah, setiap hari saya membawa sebuah miniatur gedung UPH di dalam tas kerja saya tak jarang teman mengatakan bermimpi jangan tinggi-tinggi nanti kalau tidak kesampaian menjadi gila, sebuah kalimat yang di lontarkan dari mulut teman saya yang membuat saya semakin terbakar untuk menuju impian saya, mungkin mereka melihat kenyataan yang terjadi kuliah hanya bisa di lakukan oleh orang yang mempunyai uang, terlebih pekerjaan bapak saya yang tidak mendukung untuk membiayakan saya mengenyam bangku kuliah. Kontruksi sosial di masyarakat yang terjadi saat ini kalau anak miskin tidak bisa mengenyam bangku kuliah, belum lagi mengubah pandangan kepada kedua orang tua meyakinkan mereka kalau pendidikan tidak hanya bisa dimiliki oleh orang kaya. Bapak sering mengatakan kerja sudah 3 tahun kebeli apa, lihat anak tetangga sudah kebeli motor bagus, saya hanya bisa berkata dalam hati pak tiap orang mempunyai impian masing-masing memang uang saya dari hasil gajih sekarang belum cukup untuk biaya kuliah tapi seiring berjalannya waktu saya yakin uang saya akan cukup dan membuat bapak bangga kalau anak laki satu-satunya dalam keluarga bisa mengenyam bangku kuliah.

Pada tahun ke 3  saya diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut impian saya semakin terbuka lebar, setelah uang saya terkumpul lalu saya memberanikan diri untuk berbicara kepada kedua orang tua saya kalau saya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas, bapak ibu lalu menangis memeluk saya kalau selama ini anaknya tidak membeli apa-apa dari hasil kerja tetapi uang hasil kerja saya untuk menempuh pendidikan, ibu bapak berkata pergilah untuk menuntut ilmu jangan lupa berdoa. Saya kemudian mendaftar di sebuah universitas impian saya yaitu UPH, kemudian saya mengikuti serangkaian test untuk masuk di universitas tersebut. Hari berganti hari bulan berganti bulan pengumuman itu tidak kunjung tiba, saya hanya bisa berdoa agar nama saya lolos, akhirnya hari yg di tunggu-tunggu tiba saya mengecheck sebuah email yang berisikan nama saya tertulis dan mendapatkan ranking 3 sebuah potongan harga untuk masuk di univeristas tersebut lalu saya hanya bisa sujud dan berterimakasih kepada allah dan kedua orang tua saya berkat doa doanya setiap hari mengantarkan saya seorang anak tukang pijat bisa mengenyam pendidikan di UPH. Siapa sangka yang dulunya mainan  gedung UPH berada di dalam tas saya sekarang kebalikannya tas saya yang berada dalam gedung UPH untuk menuntut ilmu.

Sekarang saya sudah di penghujung smester akhir bekerja dan kuliah bukanlah hal yang mudah di lakukan, tak jarang saya kurang tidur selama 3 tahun mengerjakan tugas kuliah yang banyak dan membagi waktu untuk bekerja. Saya percaya Allah menaruh saya di posisi sekarang karena saya merupakan orang yang terpilih dan bisa melakukannya artinya saya sangat beruntung di pilih allah berada dalam posisi saat ini. Hasil kontruksi sosial di masyarakat yang terjadi saat ini adalah citra pandangan kalau anak miskin tidak berani bermimpi untuk menempuh bangku kuliah kita harus berani mematahkan sudut pandang pemikiran tersebut  

Percayalah lahir dari keluarga miskin tidak seharusnya menghalangi kita untuk mempunyai mimpi yang besar, dan berbaktilah kepada kedua orang tua kita, karena doa orang tua kita bisa membuat semua yang tidak mungkin menjadi mungkin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun