Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Giliran

10 April 2018   11:44 Diperbarui: 10 April 2018   13:07 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi, di sebuah taman, sekitar komplek. Tampak orang berlalu lalang. Ada yang sekadar berjalan santai, bersepeda, jalan cepat, lari di tempat, hingga lari mengitari lapangan. Untung saja bukan lari dari kenyataan.

Empat laki-laki yang usianya tidak muda lagi tampak tengah serius pada langkah kakinya masing-masing. Sebagian dari mereka berjalan cepat sambil mengatur napas. Sebagian lagi mencoba berlari kecil dengan napas yang terengah-engah. Usia bagi mereka bukanlah alasan untuk malas berolahraga. Jika ditaksir, sepertinya usia mereka sudah lebih dari setengah abad.

"Sudah lama saya nggak lihat Pak Jaya, ke mana ya? Kok sudah nggak pernah olahraga lagi," Pak Danu membuka suara.

Pak Ronald tampak sejenak berpikir, kemudian ikut buka suara. "Lho Pak Danu nggak tau? Pak Jaya sudah seminggu masuk RS, karena stroke."

"Lha sampeyan dapat kabar dari mana, Pak?" Pak Hendro menimpali.

"Kebetulan kemarin saya sama Pak Hamid habis jenguk beliau," jawab Pak Ronald yang diikuti dengan anggukan Pak Hamid.

Pak Danu mengusap keringat yang sedari tadi menetes di dahinya. "Nggak nyangka saya, padahal yang saya tau, Pak Jaya hidupnya sehat sekali. Beliau rutin olahraga, banyak makan sayur dan buah, bahkan nggak pernah merokok seumur hidupnya."

"Ya begitulah Pak, usia Allah yang tentukan," jawab Pak Hamid, singkat.

**

Minggu pagi, di sebuah taman sekitar komplek. Tampak orang berlalu lalang. Ada yang sekadar berjalan santai, bersepeda, jalan cepat, lari di tempat, hingga lari mengitari lapangan. Tak tampak seperti biasanya, empat laki-laki yang biasa berolahraga bersama. Kini hanya tersisa dua orang. Pak Hamid dan Pak Ronald.

"Saya bersyukur sekali Pak, di umur yang sudah setua ini, masih diberikan kesempatan hidup, bahkan kesehatan oleh Tuhan, ini bonus bagi saya," ucap Pak Ronald dengan penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun