Mohon tunggu...
Puti Lona
Puti Lona Mohon Tunggu... Penulis - Mandiri

Pengamat Sospol

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Alasan Isu Nasrul Abit "Anak PKI" Hanya Fitnah Belaka

23 Oktober 2020   17:08 Diperbarui: 23 Oktober 2020   17:14 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: askompsi.or.id

 

Isu Nasrul Abit 'anak PKI' rupanya masih menggema di jagat media sosial Facebook. Mereka yang 'menggoreng' tentu saja orang itu-itu juga. Kelompok pendengung yang hanya menyerang dua pasangan kandidat di Pilkada Sumbar. Kenapa hanya dua? Barangkali mereka berpikir yang satu tidak perlu diserang karena dia juga tidak mungkin akan menang, sedangkan satunya lagi entah kenapa dibiarkan. Mungkin mereka berteman. Entahlah.

Soal Nasrul Abit yang bapaknya dituduh terlibat dalam organisasi Partai Komunis Indonesia (PKI) ini, sebenarnya sudah mendapat cemoohan dari publik Ranah Minang. Mereka tidak percaya dengan fitnah yang dibuat-buat ini. Alasannya sederhana, Nasrul Abit sudah menjadi pimpinan daerah sejak 20 tahun silam, tapi kenapa baru sekarang ia diisukan sebagai keturunan PKI? Wajar jika mereka berpikir isu ini tak lebih dari sekedar kampanye hitam untuk membunuh karakter sang kandidat petahana.

Jika kita simpulkan, ada beberapa alasan lainnya yang bisa mematahkan fitnah murahan itu, di antaranya:

Pertama, isu yang pertama kali dimuat oleh media daring Akurat.co ini hanya tayang dalam hitungan menit, sebelum dihapus oleh redaksi. Mereka mengaku teledor dan karena itu meminta maaf secara resmi kepada Nasrul Abit. Berita itu dihapus karena juga tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik; tidak ada sumber yang jelas dan hanya berbentuk opini dari penulis. Jadi, bisa disimpulkan jika isu ini sama sekali tidak berdasar, sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Kedua, jika berkenan meluangkan sedikit waktu untuk mencari tahu tentang silsiah keluarga Nasrul Abit, maka kita akan menjumpai banyak sumber yang dapat diandalkan. Salah satunya adalah buku 'Sang Birokrat' yang menceritakan perjalanan hidup Nasrul Abit dan keluarganya. Pada salah satu bagian di buku itu diceritakan tentang sosok ayah Nasrul, yaitu Abit. Seorang nelayan miskin yang berasal dari Pulau Lintang Sarolangun, Jambi.

Pada usia 13 tahun, Abit merantau ke Air Haji, Pesisir Selatan, dengan berjalan kaki. Ia ingin mencari peruntungan di daerah baru, karena ibunya baru meninggal dunia. Di tempat perantauan ia bertemu dengan Syamsinar. Keduanya lalu membangun rumah tangga dan mendapatkan tujuh orang putra-putri. Di buku itu juga tergambar sosok Abit yang paham akan agama dan taat dalam beribadah. Sewaktu Nasrul dan saudara-saudaranya masih kecil, Abit lah yang mengajari mereka tentang sembahyang dan mengaji, serta pengetahuan agama lain untuk bekal hidup di masa datang.

Ketiga, Nasrul Abit adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia memulai karir di Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Lampung pada tahun 1977. Mustahil jika ayahnya merupakan simpatisan PKI, karena Orde Baru melarang keturunan dan sanak saudara orang-orang yang terlibat PKI untuk menjadi PNS dan aparat TNI/POLRI. Pasca-peristiwa 1965, Orde Baru menggulirkan istilah "bersih diri" dan "bersih lingkungan" untuk menyaring calon PNS dan TNI/POLRI, juga untuk membersihkan aparatur negara yang kemungkinan sanak saudaranya terlibat PKI dan organisasi pendukungnya lewat Operasi Trisula.

Alasan keempat, ini berupa pertanyaan yang ingin saya tujukan kepada para pendengung itu. Andai kita ini keturunan PKI, apakah kita juga mewarisi kesalahan-kesalahan yang dulu dilakukan orang tua atau kakek nenek buyut kita? Bukankah dalam Islam, agama yang saya dan mayoritas masyarakat Sumatra Barat anut, tidak ada istilah dosa warisan? Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an; "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain" (QS. Al-An'am: 164).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun