Mohon tunggu...
Oom Somara De Uci
Oom Somara De Uci Mohon Tunggu... Seniman - Radio Rarama Kedaton Cibasale

Pegiat Seni dan Budaya. Sepakbola, jalan-jalan, baca dan ngariung jadi hobi. Tinggal di Pustaka Kemucen, Aryakamuning 19 RAJAGALUH - MAJALENGKA. 45472

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecelakaan Membuat Istriku Lari (Kisah Pilu Seorang Petualang): Oom Somara De Uci

2 Maret 2013   10:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:27 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(seperti yang diceritakan oleh seorang teman: A di J)

Hingga kisah ini aku tulis, aku masih selalu merasa bahwa akulah orang yang terlahir sebagai orang yang bernasib malang. Akulah lelaki yang paling banyak menangis, menitikan air mata, meratapi nasib yang sungguh-sungguh tak dapat aku memikulnya. Namun, semoga saja ketabahanku kelak akan dapat berbuah. Aku masih berkeyakinan bahwa Tuhan menyayangi hamba-Nya. Aku berusaha untuk menerima segala cobaan dan cabaran hidup ini.

Sesungguhnya aku memiliki masa muda yang gemilang. Selain wajah yang tampan, aku memiliki keterampilan berkendaraan. Aku sering berkumpul bersama grup motor maupun jeef. Karena keterampilan ini pula aku mudah mencari kerja. Kota-kota besar di Pulau Jawa; Jakarta, Bandung, Jogja hinggapun Surabaya kerap kukunjungi hingga ke pelosoknya. Kujelajahi baik ketika membawa mobil boks ataupun truk hingga mobil tanki minyak. Kepiawaianku menyetir membawaku pada banyak pekerjaan di samping aku supel bergaul.

Kesupelanku rupa-rupanya menarik hati gadis Ling Ling (bukan nama sebenarnya) yang sebenarnya masih tetanggaku. Ia sering memintaku mengantar ke sana ke mari, baik menggunakan motor maupun mobil. Ayahnya seorang pengusaha di kotaku. Sebenarnya banyak yang jatuh hati padaku, bukan ge-er, tapi memang demikian adanya. Walaupun begitu aku belum menjatuhkan pilihan. Aku merasa perjalananku masih panjang. Aku masih ingin menikmati udara kebebasanku sebagai lajang. Namun agresivitas Ling Ling dan sikap posesipnya, hingga seolah aku sudah menjadi miliknya membuatku hilang pilihan. Padahal aku belum begitu tahu pada sifat-sifatnya dan terus terang aku tak begitu mencintainya. Atas desakan orangtuanya maka pada tahun 1996 kami menikah. Sebuah pernikahan yang sangat meriah. Saat itu aku bekerja di wilayah Jababeka, Bekasi. Setahun kemudian kami dikaruniai seorang anak laki-laki.

Saat reformasi bergulir aku mengalami kejadian mengerikan. Saat itu mahasiswa dan masyarakat sipil mengepung parlemen. Bakar-bakaran ban disusul peristiwa Mei kelabu itu. Kendaraan perusahaanku dicegat, uangku diambil, hanya menyisakan ongkos untuk tiket jalan tol. Hanya atas jasa baik seorang polisi aku berhasil membawa kendaraan berikut barang bawaannya. Hari itu juga aku berhenti. Gelombang massa dan huru-hara di Jakarta sangat menakutkanku. Ternyata saat aku pulang juga begitu, dimana-mana kerusuhan. Dengan mengendarai ojeg yang harganya selangit aku sampai ke rumah.

Di tengah situasi ekonomi nasional yang tak menentu, kami membuka toko sembako. Aku kembali menjadi sopir, kali ini aku mengemudi mobil tanki minyak. Hal ini bukan pekerjaan baru, sebelumnya aku sudah juga mengemudi tanki. Namun tak dinyana inilah awal malapetaka buat hidupku. Aku masih ingat, saat itu tahun 2001, tanki yang kubawa sedang diperbaiki di sebuah bengkel las. Kecelakaan itu begitu cepat, tanki itu meledak. Aku dibawa ke RS Pertamina. Di sana aku menjalani operasi untuk kedua pasang kakiku! Biaya operasi ini sangat besar begitu juga perawatannya. Pemasangan vena di kedua kakiku dilakukan di RS Halmahera, Bandung, menelan biaya yang tidak sedikit. Selama 6 bulan kedua kakiku dibalut semen gif.

Kejadian lainlah yang membuatku sangat terpukul. Sedang aku tak berdaya, istriku ternyata tak setia. Dahulupun sebenarnya ada juga kudengar selentingan, entah dengan sesama pedagang, pengusaha bahkan dengan sales. Berita-berita yang tak sedap. Rekening telepon yang selalu besar pernah sangat mencurigakanku. Dan tanpa sepengetahuannya aku pernah memprint tagihan itu. Beberapa nomor asing sering benar dihubungi. Itulah, di saat aku berdiripun tak mampu, kendali rumah tanggaku mulai pula oleng.

Pengobatan alternatif juga aku jalani, untuk kesembuhanku. Semua yang terhitung ahli kudatangi, mulai dari Pak Kad di Pilangsari, Jatitujuh, hingga Haji Aa Cisepet, Ciamis. Di tengah itu aku sebenarnya sudah menyerahkan istriku pada orangtuanya, mengingat keadaanku, juga mumpung ia masih muda dan cantik, bercerai adalah pilihan terbaik. Daripada bermain di belakangku sekaligus tidak mengurusku. Hidupku rasanya telah menjadi gelap, masa depan tak lagi jadi harapan, hanya air mata yang menjadi saksi ketidakberdayaanku. Atas permintaanku, aku pindah ke rumah ibuku, yang sekaligus merawatku. Perceraian dengan istriku akhirnya terkabul tahun 2005, setelah prosesnya sangat berlarut-larut, menguras energi dan pikiran.

Saat ini aku sudah kembali dapat berjalan dengan normal. Untuk bisa sampai kembali normal prosesnya sangat-sangat lama. Melelahkan dan membosankan. Namun kini aku tak punya apa-apa, dan tak punya siapa-siapa.Bekas istriku sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Sungguh, dalam hal ini aku sangat bersyukur, semoga ia mendapat kebahagiaan, sesuatu yang mungkin selama ini tak dapat kuberikan. Saat ini aku sudah kembali mendapat pekerjaan, menjadi sopir pribadi sebuah keluarga yang simpatik pada nasibku. Budi baik ini melegakanku, paling tidak tertolonglah “hiji beuteung”, satu perut, karena kepada keluarga ini aku menitip perut, menitipkan hidupku. Jauh didalamnya aku membutuhkan waktu untuk menumbuhkan kembali kepribadianku, bangkit dari keterpurukan, sekaligus membangun kembali harga diriku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun