Mohon tunggu...
Tiyan Purwanti
Tiyan Purwanti Mohon Tunggu... Guru -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekolah Pra Nikah Bagian: 1

19 Mei 2017   12:54 Diperbarui: 19 Mei 2017   15:18 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Menjadi wanita, yang gamang dalam menentukan pilihan terutama soal jodoh, saya pun memutuskan untuk menghadiri Sekolah Pra Nikah, tentunya yang membahas seputar persiapan pernikahan. Tidak lain adalah agar membuat hati saya mantap atau berpikir pernikahan seperti apa yang semestinya akan dijalankan. Ada begitu banyak pertanyaan di kepala tentang tema beginian. Mengikutinya pun bukan karena saya terburu menikah, sementara jodoh saya sepertinya masih jauh. Sepertinya. Hehe. Tetapi saya berharap mendapat pemahaman baru, wawasan baru, agar di kemudian hari hati kian mantap untuk menjalankan sunnah Rasul.

(Sejauh itu saya merasa tulisan saya terlalu formal ya hehe)

Salah satu poin penting bagi setiap wanita adalah, agar ia bisa menjaga diri. Itu sebuah penekanan yang Ustadzah Endy sampaikan. Mengapa? Karena seorang wanita itu berharga. Wanita sangat dihargai dalam Islam. Sehingga ia tidak dibiarkan keluar rumah sendiri, apalagi pergi jauh tanpa mahram, tanpa ada seseorang di sampingnya. Sayangnya, kita ini hidup pada zaman dimana drama pertelevisian mengajak para wanita berlomba mencari pacar. Tidak pacaran mungkin dianggapnya tidak gaul. Sejurus dengan hal itu, maka pacar menggantikan posisi saudara ataupun saudari yang seharusnya lebih patut berada disamping mereka.

Inilah yang disebut virus merah jambu. Fase ketika pria dan wanita merasa telah jatuh cinta. Namun penyalurannya yang salah sehingga kerugian terletak pada wanita (iya, ini anggapan yang sama dari si penulis sendiri. Wanita itu kalau pacaran kan berarti mau disentuh, dicium, dipeluk, bersyukur sampai pelaminan, bila tidak? Jangan tanya sakit hatinya. Ada banyak yang gak kuat godaan dan curhatnya bisa sambil nangis-nangis. Saya sendiri? Nyaris jadian! audzubillah). Peran sinetron telah membuat anak remaja bersusah payah mencari pacar daripada semangat belajar. Berusaha mempercantik diri sementara otaknya sedikit ternutrisi. Menjadi latah mengaku punya gebetan segala. 

Yang paham betul pasti tahu, jatuh cinta dan memiliki rasa cinta bukanlah suatu hal yang tercela. Bukan barang haram yang tidak semestinya dibicarakan pula. Cinta adalah rasa dimana Allah memberikannya pada setiap makhluk. Karena itu, membicarakannya pun tak salah. Maka solusi untuk menyelamatkan orang yang sedang jatuh cinta adalah melalui pernikahan. Cuma itu syaratnya. Ada istilah; berani jatuh cinta, berani bertanggung jawab. Kalau sudah jatuh cinta, segeralah ber-akad.

Namun, pernikahan bukanlah perkara main-main. Bukan pula perkara mudah. Sebab menikah telah termasuk dalam perjanjian berat. (Terhadap sepupu saya yang kebanyakan perempuan itu, mati-matian saya katakan berulang kali. Jaga diri! kalaupun belum bisa menutup aurat, mbok ya jangan ketat-ketat. Apa hubungannya? banyak)

Dan untuk yang sedang sibuk menata hati, lagi sendiri, alangkah baiknya untuk belajar mempersiapkan diri. Agar besok lusa tidak terperangkap pada ketidaktahuan. (nasehat yang menjurus pada diri sendiri). Kita sama-sama ya belajar melakukan persiapan sedini mungkin. Hehe.

Persiapan yang pertama ialah, Persiapan Moral dan Spiritual. Menjalin hubungan dan kedekatan dengan Yang Maha Pencipta. Caranya dengan banyak berdoa.Nikah itukan berkah, jadi semua bergantung hubungan kita dengan Allah.

Persiapan yang kedua; Persiapan konsepsional. Yaitu dengan belajar. Seperti mengikuti kegiatan seperti sekolah pra nikah, seminar tentang parenting atau membaca buku-buku pernikahan dan media elektronik.

Persiapan yang ketiga; Persiapan Fisik. Persiapan fisik disini maksudnya bahwa, ia telah mampu untuk melakukan jima’ atau hubungan suami-istri. Paham akan kesehatan reproduksinya. Caranya bisa dengan  menjaga fisik dengan berolahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun