Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Firaun Pencuri a la Anies

14 Januari 2017   21:03 Diperbarui: 14 Januari 2017   21:07 4022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan menyampaikan gagasan. Sumber foto: Republika

Ada yang menggelitik saat Anies Baswedan  membicarakan soal integritas bila memimpin Jakarta periode 2017-2022 dalam debat publik yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1/2016). Masalah integritas yang ditanyakan adalah ketika visi misi mereka untuk rakyat Jakarta dihadapkan dengan kepentingan pribadi dan tim sukses.

Calon gubernur nomor pemilihan 3, Anies Baswedan, menilai bahwa integritas bukan sekadar jujur. "Firaun pencuri pun bisa dengan jujur menceritakan apa yang dikerjakannya," kata Anies.  Anies menganggap integritas sebagai bagian dari kejujuran dan berpihak pada publik dengan nilai benar serta tata kelola baik.

Anies menciptakan istilah "Firaun pencuri." Ini baru pertama kali saya dengar. Setahu saya, "Firaun" adalah gelar untuk penguasa di Mesir. Arti Firaun adalah 'rumah besar'. Pada mulanya, Firaun adalah nama istana kerajaan. Akan tetapi lalu dikenakan kepada diri raja. Di Indonesia dapat disamakan dengan 'Sri Baginda', 'Sunan', atau 'Sultan.' Istilah 'firaun' dapat juga digabungkan dengan nama raja. Misalnya: Firaun Syesyonq, Firaun Nekho, atau Firaun Hofra.  Maka ketika Anies menyebut ada "Firaun Pencuri" maka mungkin yang dimaksudkannya adalah sosok pemimpin atas para pencuri. Jika ini benar, lalu di mana kira-kira di manakah wilayah kekuasaan "Firaun pencuri?" Sepanjang sejarah dunia belum pernah ada "Firaun Pencuri" yang bertahta. Akan tetapi mungkin wawasan saya terbatas, sehingga Anies punya pengetahuan yang tidak saya keyahui.

Jujur saja, setelah mendengar kata "Firaun", saya lalu teringat ucapan Anies beberapa hari sebelumnya. Dia juga pernah menyinggung-nyinggung soal Firaun.  Anies, mengatakan bahwa pembangunan yang seharusnya dilakukan bukan hanya soal pembangunan fisik dan kota yang megah. Jika hanya membangun fisik, kata Anies, Raja Mesir Kuno Firaun juga bisa melakukannya sejak dulu. Sumber di sini

Memang Anies tidak menyebut secara terperinci siapa yang disebutnya sebagai "Firaun" itu. Meski demikian, ada dua tokoh oposisi yang secara tegas menyematkan label Firaun ini kepada sang Petahanan, yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.  Pertama, Amien Rais yang mengilustrasikan perangai Ahok mirip dengan kisah Firaun, Namrud, dan Goliath (sumber di sini). Kedua, tulisan Abdullah Gymastiar alias aa Gym yang menyematkan gelar yang sama terhadap Ahok (sumber di sini)

Pemilihan Firaun sebagai pemadanan sikap sombong juga masih perlu dipersoalkan: Firaun yang mana? Selama lebih dari 3 abad, Mesir diperintah oleh ratusan Firaun. Daftarnya di sini. Tidak semua Firaun punya perangai sombong.  Contohnya, Firaun Hyksos berkuasa, wilayah di sekitar Timur Tengah mengalami kekeringan dan kelaparan. Bangsa-bangsa lain akhirnya datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan. Di antaranya adalah keluarga Yakub, seperti yang dicatat dalam kitab Kejadian. Di sini, Firaun membuka lumbung-lumbung penyimpanan bahan makanan dan bersedia berbagi. 

Dengan menggunakan istilah "Firaun" ini, tampaknya Anies secara sengaja hendak membangkitkan ingatan kolektif tentang perangai buruk Ahok yang dipersepsikan mirip dengan Firaun. Jika memang benar begitu, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai upaya pembunuhan karakter, yaitu menyerang dari sisi pribadi lawan. Istilah populernya adalah ad-hominem. Sayang sekali, padahal pada awal pencalonan, Anies sudah pernah melontarkan gagasan bahwa peristiwa Pemilihan Gubernur DKI ini menjadi ajang FESTIVAL GAGASAN.  

Dalam festival ini, ia ingin semua calon menunjukkan idenya untuk bertarung dalam kontestasi pilkada DKI. “Pilkada adalah festival gagasan, festival karya untuk menunjukkan ide dan karya-karya,” kata Anies.  Anies mengatakan, pemilih di Jakarta sangat rasional dalam menentukan pilihannya. Calon yang memiliki terobosan dan ide untuk Jakarta akan menarik perhatian pemilih. Ia yakin, pemilih di Ibu kota tak akan terpengaruh dengan isu negatif di media sosial.

Maka ketika Anies melakukan serangan ad-hominem saat menjawab pertanyaan soal integritas, sebenarnya dia menyampaikan pernyataan kontradiktif.  Integritas adalah soal konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diyakininya. Anies pernah menyampaikan soal perlunya lebih fokus pada adu gagasan, eh tapi dia sendiri malah yang melakukan serangan secara pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun