Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Money

Belajar dari Rumput yang Bergoyang

22 Desember 2010   16:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali aku sampai di wilayah yang diterjang awan panas Merapi, atmosfer mendadak berubah seperti menonton televisi era 1970-an. Hanya ada dua warna yang dominan yaitu hitam dan putih dengan berbagai gradasi. Kayu-kayu pohon menghitam karena hangus terbakar. Seluruh permukaan yang ada di atas tanah berwarna abu-abu karena tertutup abu vulkanik. Akan tetapi seminggu kemudian, setelah hujan turun suasananya mulai berubah. Mulai terlihat warna hijau dari   rumput, pisang dan talas yang mulai tertunas setelah dibelai air hujan. Ketiga pohon ini terbukti mampu cepat pulih dibandingkan dengan tumbuhan yang lain. Tumbuhan jenis ini cenderung dipandang sebelah mata. Bahkan kadangkala tidak dipandang sama sekali sehingga tanaman ini sering terinjak dan tergilas oleh makhluk hidup atau benda bergerak yang lebih besar.

Melihat ini kejadian ini tiba-tiba aku teringat kata-kata bijak tentang kekhawatiran.  Rumput adalah tanaman yang berumur sangat pendek. Hari ini bertunas, esok berbunga, lusa mati. Begitu singkat hidup rumput. Meski begitu, Tuhan masih sempat mendandani tanaman dengan daun dan bunga yang menakjubkan. Jika Tuhan memakai perhitungan ekonomis, mestinya tak perlu repot-repot mendesain rumput dengan keindahan. Toh hidupanya sangat singkat, bahkan teramat singkat jika lebih dulu disenggut sapi sebelum sempat berbunga. Akan tetapi Tuhan tetap memberi perhatian khusus kepada rumput. Jika Tuhan  sedemikian mempedulikan rumput yang hari ini berbunga mekar dan besok layu, bukankah pasti Ia akan mempedulikan aku sebagai manusia? Bukankah aku ini lebih berharga daripada rumput, talas dan pisang?
Photobucket
Photobucket
Pelajaran kedua, rumput, talas dan pisang lebih cepat bertunas kembali setelah sama-sama tersapu awan panas. Sementara itu pohon yang berkayu keras seperti sengon, mahoni, kelapa dan nangka masih terlihat meranggas. Entah kapan mereka akan bersemi kembali, atau bahkan tidak akan bersemi kembali. Di sini saya belajar bahwa pihak yang kecil dan lemah seringkali justru lebih cepat mengalami pemulihan daripada pihak yang besar dan kuat. Kebangkitan ekonomi Indonesia setelah terpuruk pada akhir dekade 1990-an justru dipelolpori oleh pengusaha-pengusaha kecil dan menengah ke bawah.  Perahu yang kecil lebih lincah melakukan manuver dibandingkan dengan kapal besar. Meskipun kadang merasa tak berdaya dan tidak menjadi apa-apa di dunia ini, ternyata tidak semua memandangku sebelah mata. Penciptaku selalu memberikan perhatian istimewa.  Kalau aku terpuruk, aku tahu bisa cepat pulih karena Dia memberikan kekuatan untuk menopangku. [caption id="attachment_81261" align="aligncenter" width="408" caption="Merapi dari Deles mulai menghijau "]
12930345251081890327
12930345251081890327
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun