Putra adalah seorang guru PNS di Sekolah Menengah Atas, Sedangkan Wati adalah seorang mahasiswa Kebidanan. Â Putra sudah mengenali Wati sejak Wati duduk dibangku SMP, yang pada waktu itu Putra sebagai guru bantu di SMP tempat Wati sekolah. Disitulah awal pertemuan mereka.
5 tahun udah saling kenal mengenal, maka terjadilah Ijab kabul  antara Putra dan wati.  Secara agama dan negara mereka sudah sah untuk menjalin rumah tangga.  Pandangan mata dan hati yang membuat putra yakin terhadap wati sebagai pendamping hidupnya.
Pernikahan mereka dilakukan dengan sangat sederhana di sebuah mesjid berdekatan dengan rumah wati dan dijamu undangan dengan makanan ala kadarnya, karena keduanya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tidak ramai yang menghadirinya, Cuma keluarga inti saja. Kesederhanaan itulah yang menjadi keberkatan dalam acara pernikahan.
Setelah pernikahan berlangsung, Putra pulang ke rumah orang tua wati. Â Dirumah orang tuanya lah mereka tinggal. Â Ibu, ayah dan seluruh keluarga wati menerima kehadiran putra dengan senang hati untuk tinggal di rumahnya. Pernikahan mereka sangat bahagia, meskipun kehidupan mereka sangat sederhana tetapi tidak ada perselisihan diantara mereka, hingga akhirnya setelah setahun mereka menikah, Allah SWT mengaruniakan seorang buah hati, bayi laki-laki yang lucu untuk mereka. Bayi tersebut diberi nama wikda.
Ketika usia 6 bulan usia wikda, mereka membuat rumah sendiri dikampungnya Putra. Mereka membuat rumah dengan mengambil kredit pinjaman di sebuah Bank dan sebagiannya lagi uang dari wati.  Di rumah baru inilah mereka membangun kehidupan yang baru secara perlahan-lahan sehingga akhirnya rumah yang mereka duduki sudah layak huni.
Karena sudah mengambil kredit Bank, ekonomi mereka sudah sangat sedikit. Â Kecukupan biaya rumah tangga harus memilih jalan lain. Sehingga wati menekatkan diri untuk membuka usaha kecil-kecilan dengan usaha kue. Â Kue yang dibuatnya di letakkan di warung-warung pasar yang dekat dengan rumahnya.Â
 seorang suami merasa iba dan sedih serta malu jika istri mencari uang, karena Putra menganggap dirinya tak punya uang, diam adalah solusinya. Sehingga pekerjaan ini udah jadi rutinitas wati setiap hari hingga wikda telah berusia 7 tahun dan wikda telah mempunyai adik laki-laki yang bernama Delma.
Kesuksesan usaha Wati membuat Putra sadar, bahwa apa yang dilakukan Wati selama ini adalah niat ketulusannya untuk membantu keuangan rumah tangganya. Kini mereka hidup bahagia bersama anak-anaknya.