Mohon tunggu...
Puri Dewayani
Puri Dewayani Mohon Tunggu... -

Would love to quote: "Hanya orang egois yang menyimpan sendiri tulisannya."\r\nBecause it's the love that you have to spread.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kampanye Terselubung Bapak Kumis

13 September 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Rabu siang, tanggal 12 September kala itu, seorang guru di sekolah saya masuk ke kelas meminta izin pada guru mata pelajaran untuk interupsi sedikit, karena ada pemberitahuan. Ia mengatakan, bahwa siswa yang sudah berumur 17 tahun dan mempunyai KTP domisili DKI Jakarta diharap turun ke audio visual sehabis istirahat kedua. Ada sosialisasi mengenai pilkada, katanya. Kelas langsung ricuh. Saya yang belum 17 tahun, langsung penasaran.

Luckily, saat istirahat kedua habis, guru mata pelajaran yang seharusnya mengajar masuk dan berkata bahwa anak program sosial turun saja semua, yang difilter adalah anak program alamnya. Dengan hati gembira karena tidak belajar, kami pun turun ke bawah menuju ruang audio visual. Seorang teman mengatakan, bahwa acara ini adalah 'kampanye terselubung foke' menurut SMA-SMA tetangga di bilangan Jakarta Timur yang lain. Saya pun makin penasaran.

Begitu baru masuk, ada dua kertas dibagikan. Satu kertas aspirasi yang nanti hendak dikumpul sehabis 'sosialisasi' berlangsung, dan satu lagi adalah brosur tentang bagaimana kehidupan di Jakarta 'telah meningkat' selama 5 tahun ini, khususnya di bidang pendidikan.  Which is probably a lie, karena saya sendiri tidak dapat merasakan 'kemajuannya'. Dan pembaca Kompasiana harus tahu, bahwa selama 'sosialisasi' berlangsung ada gambar kumis dimana-mana. Di dua lembar brosur yang saya ceritakan tadi, di standing banner yang bertuliskan 'Anak Jakarta Jangan Golput', dalam presentasi yang mereka buat, hingga kumis-kumisan yang dibagikan kepada murid-murid.

Di dalam ruangan ada sekelompok muda-mudi dengan dandanan khas urban, memakai T-shirt warna hitam dan celana jeans.Mereka memperkenalkan diri sebagai bagian dari suatu kumpulan organisasi, yang saya lupa namanya, dan segera menyapa kami.

"Kalian tahu kita disini mau ngapain?"

"KAMPANYEEEE!" Sontak murid-murid SMA sekolah saya berseru.

"Bukan, masa sih boleh kampanye di sekolah, gak boleh kan?"

"ENGGAAAK!" Kita berseru lagi, tapi anak-anak SMA terlalu bodoh untuk dikibuli.

"Kita disini cuma sebagai character building aja, dimana kita mau ngasih tau kalau satu suara dari kamu aja udah bikin perubahan. Kita cuma mau ngasih tahu kalian supaya jangan golput!"

Yap. Kebohongan nomor satu.

Teman-teman di sekitar saya langsung ricuh menyeletuk untuk pilih nomor 1. Saya hanya tertawa. Apalagi setelah salah satu dari pemuda berbaju hitam itu berkata, "Mau ke waterboom gak bayar kan? Mau makan McD gratis kan?" Hahaha. Bisa saja politiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun