Mohon tunggu...
Pupung putra Setiadi
Pupung putra Setiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berjalan dan menemukan pertanyaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Flash Fiction sebagai Pelestarian Bahasa

5 Januari 2023   08:34 Diperbarui: 5 Januari 2023   08:45 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era digitalisasi membawa kabar perubahan dan bukti nyata pertumbuhan manusia. Segala bentuk ragam yang muncul hingga ragam bahasa ikut terkena perkembangannya. Bahasa sebagai identitas menandakan keberadaan suatu objek yang mampu mengeksistensikan diri. Identitas menjadi penanda akan luasnya dunia yang berjuta perbedaan. Perbedaan yang hadir mewujudkan akan keberlangsungan manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan komunikasi sebagai perantara kerjasama. Salah satu bentuk kerjasama itu melalui sebuah bahasa, bahasa yang sudah disepakati oleh komunikan tersebut.

Dengan mengetahui beragam bahasa yang muncul sungguh luas, kebanyakan orang melakukan tindak tutur berupa campur kode. Campur kode yang dimaksud adalah campuran bahasa yang digunakan orang yang untuk berkomunikasi seperti penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris "kapan you pergi!", "apakah do you love me?",atau "saat kamu melihat itu, i am go". Dari kasus yang terjadi di sekitar bila mana terus di biarkan "bahasa sebagai identitas" kan mulai luntur dan hilang.

Hilangnya identitas tersebut yang akan memungkinkan para generasi berikutnya kehilangan tak mengenal bangsanya sendiri. Dampak yang ditimbulkan menjadikan minat berliterasi membaca berkurang. Maka menjadi perhatian bagi pengamat bahasa, mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia sebagai salah satu penggerak dasar. Penggerak guna mensosialisasikan identitas diri melalui bahasa tersebut.

Sekarang ini, generasi muda Indonesia khususnya masih kurang dalam literasi membacanya. Bahasa menjadi salah satu faktor pembaca tertarik untuk meneliti atau memahami. Chaer dan Agustina dikutip dalam Iga Agustinuraida (2010:11) bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat di kaidahkan. Sistem dalam bahasa di maksudkan untuk pembaca tertarik mempelajari bahasa yang sebagai identitas diri. Penggunaan bahasa yang tersistem di harapkan mampu menarik minat pembaca era digital untuk menjadi seorang yang intelektual.

Aristoteles (dalam Saddhono, 2009:13) dikutip dalam Iga Agustinuraida, menyatakan bahwa bahasa adalah sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Dengan begitu bahasa dapat kita realisasikan ke dalam bentuk cerita. Sebuah cerita yang mampu menarik perhatian pembaca era digital dengan cerita yang singkat, padat dan memberi pengalaman baru. Cerita yang di minati pembaca era digital dengan mencanangkan sebuah cerita mini atau biasa dikenal dengan flashfiction.

Dengan penjelasan dari beberapa tokoh tersebut, dapat kita simpulkan bahwa bahasa merupakan sistem yang menjadi faktor terjadinya sebuah komunikasi. Pembaca era digital itu selalu terburu-buru, cepat sekali bosan, cenderung menyendiri, harus langsung terhubung misal terhubung dengan kondisi mental si pembaca yang sedang mengalami gangguan emosi pembaca pada saat itu, dan juga pembaca era digital cenderung menyukai cerita yang tidak begitu panjang.

 Dari beberapa ciri pembaca era digital itulah, dapat kita optimalkan melalui sebuah cerita salah satunya melalui flashfiction atau cerita mini. karena cerita mini merupakan sebuah cerita yang alur ceritanya fokus pada satu kejadian, di satu waktu dan tuntas di saat itu juga. Di mana sangat cocok bagi pembaca era digital yang cepat dan mudah merasa bosan.

Flashfiction termasuk sebuah cerita fiksi mini yang memiliki syarat penggunaan kata yang ditulis umumnya di bawah 1000 kata. Dengan penggunaan kata yang tergolong sedikit untuk sebuah cerita, di dalam cerita mini sudah termuat unsur-unsur cerita seperti umumnya sebuah cerita. Unsur penting fiksi mini seperti berpikir minimalis, ide yang di munculkan berada di lingkungan sekitar dengan bahasa yang mudah dipahami. Tokoh yang dihadirkan, memperkuat sebuah cerita sehingga akhiran cerita tersebut mengejutkan para pembacanya.

Adanya cerita mini/flashfiction ini, menjadi salah satu alternatif dalam pelestarian bahasa. Pembaca era digital yang lebih tertarik dengan tulisan yang pendek, bahasa yang digunakan juga dengan bahasa keseharian para pembaca dan juga tidak keluar dari kaidah kebahasaan yang sesuai dengan EYD(ejaan yah disempurnakan). Karena flashfiction sendiri di konsep guna mewujudkan dan memunculkan para generasi yang suka untuk berliterasi, berbahasa dengan baik atau baku dan bahkan melestarikan sebuah sastra. Dengan seperti itu, flashfiction menjadi terobosan solusi dari permasalahan minat baca generasi muda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun