Mohon tunggu...
pungkaspung
pungkaspung Mohon Tunggu... Buruh - Hanya buruh yang butuh nulis

Hanya peminum kopi tanpa disertai senja, karena dominasi kopi dan senja akan membuat saya tidak kerja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Papua?

7 September 2019   10:39 Diperbarui: 14 September 2019   15:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini akses internet di Papua masih setengah stabil. Kenapa saya sebut setengah stabil? Karena hanya wifi saja yang sudah stabil. Internet paket data di Manokwari sama sekali masih belum bisa terkoneksi. Menurut informasi, tanggal 5 akan dipulihkan secara bertahap. 

Mungkin karena masih takut hoax menyebar, sehingga informasi internet yang akan dipulihkan tanggal 5 tersebut memilih untuk menjadi hoax alias sampai sekarang masih tetap belum bisa berselancar dengan bermodal kartu handphone.

Di tengah kenikmatan bermain wifi saya mendapat informasi bahwa Veronica koman dijadikan tersangka provokator. Memang kegiatan Veronica beberapa bulan terakhir seakan menjadi kuasa hukum gerakan Free West Papua. Sepengetahuan saya dengan melongok di beranda Twitter, ia secara aktif mendukung berbagai upaya untuk Papua berdiri sendiri selayaknha sebuah negara.

Di sisi lain ada seorang jihadis bersumbu pendek menyebarkan video bahwa di Papua ada pembakaran masjid, ada pendatang yang dibunuh dan berbagai macam peristiwa yang menyulut emosi secara cepat.  Dalam video tersebut seorang yang memilih untuk pergi ke Papua dan berjihad di sana. Entah yang ia maksud Papua bagian mana. Karena hal itu sama sekali tidak saya temukan di Manokwari.

Dari kedua aktivitas bersosial media ini dapat dikatakan Veronica lebih berbahaya daripada jihadis tersebut. Karena Veronica secara aktif mengadvokasi keinginan Papua untuk merdeka. Sampai-sampai ke Warsawa pun dia berangkat. 

Karena memang Veronica menangkap semua ketidakadilan yang dialami Papua. Bukan hanya melalui layar kaca namun memang berangkat langsung.

Lain halnya dengan jihadis di Facebook tersebut. Khususnya ia siapa, bagaimana kebenaran informasinya, apakah dia akan berangkat beneran ke Papua, masih boleh diragukan. Bahkan si penyebar informasi tersebut saya yakin tidak mengetahui ketiga informasi tersebut.

Nah sebagian penduduk indonesia khususnya Jawa lebih asyik menikmati konflik Papua ini dengan cara kedua. Tersulut berita bohong tanpa mengenal siapa yang membuat berita, lalu menyebarkannya. Ibarat kata konflik kemanusiaan Papua seakan diubah menjadi konflik keagamaan. 

Seakan menutup mata bahwa kami pendatang muslim ini masih bisa ibadah walaupun situasi chaos seperti tanggal 19 Agustus di Manokwari.
Sekali lagi yang bisa saya katakan dari Papua adalah jangan memperkeruh suasana yang sudah cukup tenang. 

Jangan bungkam protes warga Papua yang ingin hidup layaknya orang Jawa dengan kalimat "NKRI harga mati". Iya saya paham NKRI harga mati, tapi dimanakah anda ketika Papua lampu mati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun