Mohon tunggu...
pungkaspung
pungkaspung Mohon Tunggu... Buruh - Hanya buruh yang butuh nulis

Hanya peminum kopi tanpa disertai senja, karena dominasi kopi dan senja akan membuat saya tidak kerja.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Berburu Hantu di Kos Kuning

23 Maret 2019   08:27 Diperbarui: 23 Maret 2019   08:32 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu merupakan malam paling menegangkan di kos kuning. Kita anak kos kuning bersepakat untuk mengundang hantu melalui jelangkung. Karena Ancola penasaran untuk melihat wujud kuntilanak dan hantu-hantu lain, jadilah malam itu kita bersepakat untuk bermain jelangkung di bawah pohon alpukat belakang rumah.

Udara tenang disertai suara gemuruh ombak pantai Amban mulai terasa mencekam. Setelah bersusah payah mencari uang koin yang sudah mulai langka di Manokwari kita pun memulainya. Berawal dengan cara mengundang dengan membakar dupa bekas penghuni kos lama yang beragama hindu.

Singkat kata setelah satu jam menunggu dan mengulang-ulang kalimat "jelangkung-jelangkung di sini ada pesta datang tak dijemput pulang tak diantar" sampai beberapa kali, sudah seperti istighosah akbar di masjid agung setiap senin wage. Tetap saja tidak ada muncul juga energi astral yang diharap dapat menggerakkan koin 500 tersebut.

Caken mulai menggerutu dengan hal ini, karena memang dia yang mencari koin hingga ke pasar Sanggeng yang berjarak sekitar 12 kilometer dari kos. Saya pun berinisiatif untuk membakar rokok, siapa tau ada gendruwo iseng lalu mampir ikut nyedot rokok. Dua menit setelah rokok disulut tiba-tiba rokok tersebut seperti ada yang menyedot. Otomatis abu rokoknya tidak ada yang memisahkan dari batang rokok yang belum terbakar, saya berinisiatif untuk meng-etek-kan abu tersebut di asbak.

Sial rasanya, seakan gendruwo ingin diberikan ranah privasi yang lebih mandiri. Tiba-tiba rokok yang awalnya seperti tersedot kini tiba-tiba berhenti. Mungkin saya sudah melewati dan menyepelekan kemandirian gendruwo dalam merokok. Sehingga sang gendruwo kecewa lalu meninggalkan rokok begitu saja, mirip seperti politisi yang meninggalkan sang pemilihnya.

Inisiatif ketiga saya pernah melihat di sebuah acara tv Uka-Uka, yang mengundang hantu dengan cara membakar gagak atau kelelawar. Kalau gagak jelas susah untuk mencarinya, tapi kelelawar masih bisa dicari. Jadilah kita mencari kelelawar dahulu. Singkat cerita kita mendapatkan kelelawar yang besar.

Tanpa babibu Degey yang memiliki hobi masak dengan kayu bakar langsung membuat api. Api sudah jadi mulailah kami membakar, dengan perasaan was-was saya mulai mengamati Nelson, Onja, Degey, Caken, dan Ancola mulai gusar. Dalam hati saya sangat khawatir mereka akan kerasukan sebagai bentuk protes makhluk astral.

Benar saja, tiba-tiba kelima orang asli Papua ini dengan serempak mencabut organ dari kelelawar ini, setelah kelelawar sudah terlihat gosong. Dan yang paling mengerikan mereka langsung gigit daging kelelawar itu. Saya pun bersiap-siap untuk lari dan mengambil al-quran yang ada di kamar untuk menyelamatkan mereka.

Saya berusaha berdiri dan Onja memegang saya dan bilang, "oooiiii mas, ini paniki enaknya daging ayam masih kalah". Tradisi misuh-misuh dalam hati saya pun mulai menggelora. "Sayang mas ini paniki dikasi hantu, mari tong makan saja". Oalah ternyata mereka gusar dari tadi itu karena harumnya daging kelelawar bakar, sehingga mereka berat untuk hanya membakar sampai hangus tanpa memakannya.

Ya jadilah berburu hantu tersebut gagal dan berganti dengan acara makan-makan di tengah malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun