Mohon tunggu...
ady nugraha
ady nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - cuma seseorang yang beuki heureuy

Alumnus Sastra Indonesia Unpad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nilai Lebih Pernikahan Sistem Zonasi bagi Orang Pelit

22 Juli 2019   17:15 Diperbarui: 22 Juli 2019   22:39 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang sih selama ikutan kuis saya ga pernah menang, tapi saya ga rugi. Alasannya karena ga keluar duit. Besok lusa saya bakal ikutan kuis yang sama.

Jika mengacu pada kelima poin diatas, maka saya bisa dikategorikan orang pelit. Fixed. Oke, saya terima.

Nah, kita kembali ke soal pernikahan sistem zonasi tadi. Sebagai orang pelit, harus diakui bahwa pernikahan sewilayah ini punya beberapa nilai lebih. Bahwa pernikahan dengan seseorang yang dekat secara wilayah bisa lebih ekonomis dibanding yang jauh. 

Dari segi ongkos, tak perlu lah kiranya mengeluarkan beban transportasi yang mahal. Cukup dengan BBM beberapa liter saja, keluarga bisa datang ke tempat resepsi. 

Coba bayangkan seandainya seorang pria dari Sabang menikah dengan perawan asal Merauke. Sang pria harus menempuh perjalanan udara dari ujung barat Indonesia hingga ke ujung timur nusantara. Belum lagi harus bayar anggota keluarga pula, mereka harus diongkosin juga kan? Artinya, biaya transportasi akan lebih murah jika pernikahan dilakukan melalui sistem zonasi.

Gelombang positif lainnya adalah tetangga. Mengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan asas gotong royong, saling bantu satu sama lain, maka akan banyak tetangga yang dengan mudah menawarkan diri memberikan uluran tangannya, contoh ada tetangga yang bisa bikin masakan untuk pernikahan, maka pihak pengantin bisa memesannya dan membayar dengan 'harga tetangga'. 

Ga perlu deh, pesen cathering ke perusahaan ternama yang harganya melangit itu. Syukur-syukur si tetangga ngasih diskonnya ga tanggung-tanggung, atau bahkan gratis (ngarep). 

Ada lagi nih keuntungan lainnya. Secara teritorial, orang tuh biasanya males datang ke tempat yang jauh karena alasan tertentu, begitu juga saat menerima undangan di lokasi yang cukup jauh. Beda cerita jika undangan masih di daerah itu-itu saja, peluang untuk datang menjadi lebih besar. 

Jadi kesimpulannya, undangan di zona yang sama akan lebih banyak didatangi tetangga. Lalu apa untungnya jika banyak tamu yang datang? Bukannya beban konsumsi semakin bertambah?

Sebagai orang pelit, saya sih melihat segala sesuatunya dari sisi ekonomi. Memang sih, logikanya beban pengeluaran konsumsi pernikahan berbanding lurus dengan jumlah tamu yang datang, semakin banyak tamu yang datang, maka semakin banyak beban pengeluaran konsumsi yang harus dianggarkan. 

Apalagi biasanya meski yang diundang satu orang, ada juga tamu yang datang bersama anggota keluarga. Entah istri, anak-anak, dan lain sebagainya Namun jangan lupakan bahwa para tamu biasanya datang dengan berbekal amplop yang nantinya masuk ke kas pengantin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun