Mohon tunggu...
ady nugraha
ady nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - cuma seseorang yang beuki heureuy

Alumnus Sastra Indonesia Unpad

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Wahai Maria Ozawa, Kamu Nyoblos yang Mana?

27 Februari 2019   16:12 Diperbarui: 27 Februari 2019   20:31 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bintang film dewasa Maria Ozawa atau yang lebih dikenal dengan Miyabi usai menjalani pemeriksaan di Kantor Imigrasi kelas l Denpasar, Bali, Rabu (7/11/2018). Miyabi menjalani pemeriksaan selama 2 jam terkait dokumen keimigrasiannya, namun tidak ditemukan bukti pelanggaran keimigrasiaan. (TRIBUN BALI/RIZAL FANANY)

Di ILC beberapa waktu lalu, Rocky Gerung membuat simulasi. Dia berandai-andai jikalau Calon Presiden Petahana Joko Widodo mendapatkan pertanyaan tendensius itu,"Apakah Prabowo terlibat pelanggaran HAM 1998?"

Setelah dijawab TKN dan BPN, Rocky menjawabnya sendiri. 

"Jika Prabowo bukan pelanggar HAM, maka perkara selesai. Jika Prabowo bersalah, maka Presiden Jokowi adalah orang pertama yang harus dihukum karena membiarkan pelanggar HAM tidak dihukum." (kurang lebih begitu bunyinya).

Salah seorang teman saya menyebut bahwa simulasi Rocky cuma permainan. Pertanyaan semacam itu tidaklah mungkin akan didapatkan Jokowi. Memang benar, pada saat debat capres pertama yang salah satunya bahas soal HAM memang tak ada pertanyaan tersebut, tentu saja KPU ogah nyiapin pertanyaan itu, makanya ga muncul. 

Artinya, pertanyaan tersebut hanya mungkin ada diluar konteks debat capres. Pertanyaan tersebut ada dalam simulasi ala Rocky Gerung. Dan (mungkin) karena teman saya itu adalah seorang fans Rocky, dia pun menantang saya untuk melakukan simulasi lainnya. Permainan yang sama.

"Seandainya Maria Ozawa punya hak nyoblos, kira-kira dukung yang mana? Jokowi or Prabowo?" tanya dia dengan mimik serius. Sangat serius.

Saya bingung. Bukan karena ga mengerti apa yang dipertanyakan. Simulasi Rocky sih masih mungkin, kalau ini kan mustahil. Pertama, Maria Ozawa adalah orang Jepang yang ga punya hak nyoblos. Emang sih, bisa saja dia nyoblos, tapi kalaupun niat, agak susah karena harus jadi WNI dulu biar terdaftar di DPT. Dan lagi, rasanya, ga mungkin deh sekonyong-konyong Maria Ozawa punya niat buat jadi WNI.

"Gue sih condong ke Jokowi." katanya menjawab sendiri.   

"Elu kok mikir gitu?"

"Gue punya dua alasan." wajahnya menerawang, keliatan lagi mikir.

Saya diem, nunggu dia melanjutkan perkataannya. 

"Pertama, karena dia punya masa lalu yang buruk dengan salah satu pendukung yang kini ada di kubu Prabowo."

Saya mulai tertarik dengan penjelasan dia. Kemudian dia melanjutkan sebuah cerita saat artis yang populer disebut Miyabi itu berencana datang ke Indonesia.

Maria Ozawa. (teras.id)
Maria Ozawa. (teras.id)
Dijadwalkan, waktu itu Maria Ozawa akan syuting untuk membintangi salah satu film yang diproduksi oleh Maxima Picture. Kedatangan sang bintang tentu saja tidak direstui oleh sebagian kalangan indonesia, salah satunya FPI.

Miyabi kemudian dicegat untuk datang. Puluhan massa organisasi yang dikomandoi Habib Rizieq itu menggelar aksi unjuk rasa di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) menolak kehadiran dia. 

"Di kampungnya saja di Jepang dia (Miyabi) ditolak, apalagi kita," kata teman saya menirukan perkataan pejabat FPI waktu itu yang didaulat menjadi koordinator aksi menentang Miyabi, Habib Salim Alatas.

FPI meminta Maxima Picture untuk membatalkan kontrak kerja sama pembuatan film dengan Miyabi. Mereka akan menyampaikan penolakan itu melalui aksi demo yang diikuti sekitar 500 laskar FPI di kantor Maxima Picture, Kompleks Hotel Ibis, Mangga Dua, Jakarta Pusat. Jika tuntutan ditolak, mereka mengancam akan membuat kerusuhan saat Miyabi datang.  

"Karena punya kenangan buruk dengan FPI, maka Miyabi ga bakal milih Prabowo yang kini didukung Rizieq" imbuh teman saya itu. 

"Kemudian di Kubu Jokowi ada partai yang mengusung visi toleransi. Elu tahu kan, PSI?"

Kemudian teman saya itu kembali berorasi. Kata dia, PSI selama ini menggaungkan konsep toleransi terhadap sesama warga negara.

Dia bilang, Maria Ozawa yang notabene merupakan bintang film esek-esek akan lebih dihargai, tidak melulu dicap dengan segala stigma tentang statusnya sebagai bintang film dewasa, dan sebagainya. Maria Ozawa akan diberlakukan sebagai manusia biasa di PSI. 

"Jadi masuk akal jika dia memilih Jokowi karena disana tak ada FPI, tapi ada PSI." simpulnya. 

Dalam hati saya mikir, betul juga asumsi simulasi teman saya yang satu ini. Pendapatnya logis juga. Yah, meskipun pada dasarnya tidaklah mungkin seorang Maria Ozawa ikut serta dalam kontestasi politik tanah air, paling tidak teman saya yang satu ini bisa menebak jalan pikiran seseorang, kemana arah pilihan orang lain, tanpa menanyakannya secara langsung (meski prediksinya belum tentu benar). 

Sejak sering nonton acara-acara berbau Rocky Gerung, entah di youtube atau via medsos, teman saya ini rupanya hobi bermain dengan pikiran, dengan akal sehat, istilahnya. Saya sih setuju dengan pendapat dia soal Maria Ozawa dukung Jokowi.  Penjelasannya bisa saya terima, meski sebetulnya ada satu pertanyaan soal simulasi dadakan yang dibikin si dia,

"Kenapa harus Maria Ozawa, sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun