Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Sang Perwira

20 Maret 2020   07:32 Diperbarui: 20 Maret 2020   07:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pagi Penuh Asa--dokpri

Ia pun dengan serius menceritakan perjalanannya setelah berpisah denganku. Mungkin bisa dibayangkan sebuah pertemuan yang hanya melalui suara telepon selular dengan segala kisah diceritakan. Tanpa terasa sebening air itu membasahi pipiku.

Ternyata dulu ia kuliah di daerah Garut hingga lulus menjadi seorang sarjana. Kemudian dilanjutkannya dengan pendidikan profesi bidang farmasi di Jakarta. Mulailah hati ini merasa sakit dan sedih, bukankah Jakarta bukan jarak yang jauh dengan kota tempat tinggalku? Mengapa selama itu ia tak pernah sekali pun mencariku kembali?

Kembali harus kusadari tentang tekadnya umtuk menggapai cita-cita, dan aku tidak boleh egois. Hingga kemudian kuketahui jika ia langsung masuk TNI dan bertugas awal di Pekanbaru. Dari sinilah hatiku mulai bisa menerima alasannya meninggalkanku dalam waktu yang lama tanpa kabar sedikit pun.

Aku yang terlalu rapuh dengan jiwa setia, tak berani memutuskan sebuah penantian untuknya. Kita pun akhirnya memulai kisah baru yang berbeda. Dan pada saat kita bertemu sekarang ini ia tengah bertugas di Bandung. Kisahnya berlanjut di kota kembang ini yang kemudian aku menjadi mengerti bagaimana seorang Nash dalam mengarungi kehidupannya. 

Bagi seorang perempuan ia sungguh menjadi idaman. Betapa tidak, di kehidupannya yang harus mengurus dua orang anaknya sepeninggal istrinya yang meninggal dunia, ia adalah seorang single parent yang mengagumkan bagiku. Seorang lelaki tangguh dengan jabatan perwiranya tak menjadikannya sombong dan angkuh.

Kini ia telah memiliki seorang istri lagi yang sama juga seorang TNI. Kehidupannya mulai lengkap kembali dalam menjalani rumah tangga. Aku sangat iri dengan keberhasilannya, jujur kuakui hal itu sangat menyudutkanku sekali. Dulu aku yang memutuskan agar ia bisa pergi meraih cita-cita dan aku tak mau menunggunya hingga kisah ini pun tercipta.

Semua sudah tertulis garisannya, sebagai insan ciptaan-Nya harus menerima semua kenyataan ini. Aku tak bisa hidup bersamanya, tentunya itu yang terbaik dari Yang Maha Kuasa. Bagiku semua ada hikmahnya dan aku bisa belajar darinya tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang perwira yang harus dengan rela ditempatkan dimana saja.

Ketegaran, ketangguhan, kedewasaan,  juga sikap penuh kasih sayang dan bijaksana telah menjadikannya seorang perwira yang tak bisa dipandang sebelah mata. Kini ia bertugas sebagai Kepala Perencanaan di Pontianak. Jelas jabatan yang dimilikinya kini adalah hasil jerih payah dan kedisiplinan hidupnya. Sungguh aku mengaguminya sedari dulu hingga sekarang. 

Banyak pengalaman yang diceritakannya kepadaku, dan semua dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagiku. Sebuah catatan pun kubuat untuk selalu diingat.

1. Bekerja jangan hanya terpaku sesuai dengan pendidikan yang pernah kita tempuh.

2. Berani mencoba hal yang baru adalah sebuah tantangan untuk mencapai kemajuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun