Mohon tunggu...
Puji InantaR
Puji InantaR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar menjadi penulis dengan caranya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rona Hitam

19 Februari 2021   17:00 Diperbarui: 19 Februari 2021   17:02 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu awan menghitam pekat, sepekat senyummu di secangkir kopiku. Rasanya pahit namun manis, karena yang kau tuangkan bukan air kopi dan gula, tapi janji. Iya begitu.

Terimakasih telah membawaku dalam lubang hitam, aku kembali, kau pergi. Kau sirna seiring kopi kusesap hingga habis memperjuangkan mu, bagaikan obat menemui rindu diujung waktu. Kuharapkan kau baik-baik saja, paling tidak kau juga melangitkan nya untukku.

Kopiku sudah masuk kekerongkongan, tapi rindu masih berhenti diulung hati, masih bermuara dalam jiwa tempat dimana aku selalu memujamu, tiada orang yang tau, au juga, kecuali aku. Kepergian mu menyisakan rasa manis namun sedikit, sisanya mengenangmu. Kau berpaling atau tidak, aku selalu merindumu.

Selebihnya, biarkan saja aku menikmati hitam pekat, manis dan pahitnya dirimu. Sedangkan kau, silahkan lakukan hobimu, meninggalkan ku dan kembali lagi. 

Segera selesaikan urusanmu, sisakan aku tempat terbaik di hatimu. Bagiku kau adalah setiap dimensi ruang dan waktu, kapanpun, dimanapun, aku mengingatmu. Tanpa batas, tanpa pemberhentian dan tanpa pengharapan, rasa itu akan tetap ada, bukan secangkir tapi seluas hatiku sepanjang ingatanku, kau terselip disana. Semoga tak menghapusnya, mungkin kau sudah mencoba menuangkan rasa kepada penikmat rasa, tapi tumpah.

Sendiriku hitam, gelap, menyita ribuan jalan menuju pagi. Selamat untukmu karena sudah memenangkan ku, selamat telah membuat ingatanku beku untukmu. Sekali lagi aku ucapkan selamat, aku mencintaimu.

Tuangkanlah cinta, tapi jangan harapan, atau meninggalkan jejak keinginan untuk memiliki, karena selamanya kau milikku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun