Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Transisi ke Era Kendaraan Listrik, Masa Depan yang Tak Terelakkan

6 Oktober 2020   20:47 Diperbarui: 7 Oktober 2020   04:02 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum ( SPKLU) | Sumber: Kompas.com/Rina Ayu Larasati

Jika membaca riwayat pabrikan mobil listrik Tesla, awalnya perusahaan itu berdiri karena melihat fakta perusahaan otomotif enggan beralih dari energi fosil ke listrik. Sebab jika mereka beralih, akan ada banyak lahan bisnis yang sudah mapan tutup. Maka dunia otomotif ada semacam praktik main mata dengan pengusaha energi fosil.

Di awal berdirinya, Tesla mengalami berbagai hambatan. Ide yang dijual Iron Man di dunia nyata, yakni Elon Musk itu tidak laku. Namun kemudian nasib baik berpihak padanya. 

Seiring dengan masuknya pendanaan dan animo masyarakat yang besar terhadap kendaraan listrik, kini nama Tesla membuat pabrikan otomotif lain gemetar.

Pabrikan otomotif konvensional memang sudah ancang-ancang menyiapkan produk kendaraan listrik mereka. Tapi mereka tidak melakukannya secara total. 

Tesla telah jauh melampaui semua itu. Perusahaan ini bahkan membuang jauh-jauh romantisme dengan energi fosil. Yang menurut Toyoda, pendiri Toyota, itu merupakan kenangan yang melekat. Ia selalu merindukan bau asap dan deru mesin.

Masyarakat dunia menyambut baik ide Tesla itu. Ini adalah masa peralihan dari era energi fosil yang kotor menuju energi yang lebih ramah lingkungan. Dan sesuai dengan sifat alaminya, ada yang muncul ada pula yang tenggelam.

Di Indonesia, selain PLN, yang berkecimpung di dunia energi adalah Pertamina. Menurut Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, sebanyak 60%-65% pendapatan Pertamina berasal dari BBM. Itu artinya, sumber pendapatan utama berasal dari konsumsi masyarakat pada energi fosil.

"Belum semua orang tahu bahwa Pertamina income-nya 60-65% datangnya dari jual BBM. Transisi sistem energi kedua, yang terjadi apa, orang akan menjauhi energi yang berasal dari karbon yaitu BBM. Dan sudah mulai terlihat sekarang orang-orang muda seneng pakai mobil listrik," kata Budi, sebagaimana dikutip Warta Ekonomi, Selasa 6 Oktober 2020.

Dalam waktu dekat semua itu akan berubah. Jika kendaraan listrik semakin murah dan orang-orang mulai beralih ke sana, itu adalah awal dari sebuah era baru, era kendaraan listrik. Mungkin tidak terjadi dalam waktu cepat, tapi mendekati proses itu akan ada peralihan yang mengubah banyak hal.

Mengacu pada pernyataan Wamen BUMN, ini adalah kesempatan bagi PLN untuk mempersiapkan diri. Zaman keemasan telah ada di depan mata. 

Dan bergulirnya tren baru ini tak dapat dicegah, kecuali ada peristiwa luar biasa, perang dunia ketiga misalnya. Maka sejauh itu pula masyarakat akan menyesuaikan diri secepatnya.

Problem terbesar bagi kendaraan listrik adalah mahalnya harga baterai dan lamanya waktu mengecas. Namun jika melihat perkembangan terkini, di Indonesia saja sudah didirikan pabrik baterai di Morowali, Sulawesi Tengah. Tesla kabarnya juga sudah membangun pabrik baterai di sana. Dengan begitu harga baterai tak lama lagi akan semakin murah.

Teknologi yang mempercepat waktu untuk mengecas mobil listrik juga terus ditingkatkan. Pabrikan mobil mewah seperti BMW dan Porsche mengklaim sudah menemukannya. Alat mereka mampu mengecas baterai secara penuh hanya dalam waktu lima belas menit.

Mereka memiliki tempat pengisian hingga 450 kW, jauh lebih besar dari punya Tesla yang hanya 120 kW. Meskipun kemudian muncul problem selanjutnya, ketahanan baterai untuk menerima tenaga sebesar itu belum ada. Namun para ilmuwan tentu akan segera menemukan jawabannya.

Indonesia masih belum terlihat bersiap menyongsong masa peralihan itu. Orang-orang masih nyaman dengan energi fosil dan kendaraan yang begitu banyak onderdilnya. 

Namun jika membaca kecenderungan bangsa ini, ketika ada satu tren baru mulai masuk, mereka akan dengan serempak mengikutinya. Mereka hanya menunggu trigger, sebuah dorongan yang membuat mereka berbondong-bondong ke sana.

Secara global, masa peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik sedang berjalan. Indonesia mestinya juga melihat ke arah sana. Jangan sampai saat dunia luar telah ramai mengindustrialisasikannya, lagi-lagi negara kita hanya jadi konsumen dan penonton saja.

PLN sebagai aktor penting peralihan zaman itu seharusnya juga telah mempersiapkan diri dari sekarang. Sebab transisi itu sedang berjalan dan tak dapat dielakkan. Di pundak perusahaan setrum itulah masa depan kendaraan listrik dipercayakan.

Puji Handoko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun