Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertashop Memberdayakan Ekonomi di Desa-desa yang Jauh

10 Agustus 2020   20:33 Diperbarui: 10 Agustus 2020   21:12 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dok. Pertamina

Di Spanyol ada sebuah koperasi yang terkenal bernama Mondragon Cooperative. Nama Mondragon sendiri sebenarnya adalah sebuah kota di Provinsi Gipuzkoa, Spanyol. Koperasi ini didirikan oleh seorang pastor muda bernama Don Jose Maria Arizmendiarreta SJ, tahun 1956. Sekarang koperasi ini telah menembus Italia, Portugal, Inggris, Rumania, Slovakia, Turki, Cekoslawakia, Amerika Serikat, Brazil hingga Maroko dan Cina. Prestasi yang mengagumkan.

Indonesia sebenarnya juga memiliki cita-cita yang sama sejak dulu. Sayangnya, justru banyak koperasi di negara kita yang malah bermasalah, alih-alih mendunia. Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia telah meletakkan dasar yang benar untuk menggerakkan perekonomian secara gotong royong. Satu wadah yang dimiliki oleh sekelompok orang dengan tanggung jawab yang sama.

Sebenarnya selain koperasi, Indonesia juga memiliki sistem usaha yang sejiwa, misalnya usaha yang dikelola oleh lembaga desa atau yang dikenal sebagai Bumdes, Badan Usaha Milik Desa. 

Dalam praktiknya, lembaga ini mengelola aset desa dan dikembangkan sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyatnya. Umbul Ponggok Klaten, Jawa Tengah adalah contoh, bagaimana aset desa dikelola dengan baik dan mendatangkan kesejahteraan bagi warganya.

Lembaga desa ini tidak harus mengelola aset asli desa. Tapi bisa mengembangkan bisnis lain, misalnya bekerjasama dengan BUMN. Di beberapa desa sudah melakukan itu, misalnya dengan Pertamina. Perusahaan yang mengelola Migas itu telah menjalankan program pembangunan Pertamina Shop (Pertashop) di seluruh wilayah Indonesia.

Pertashop ini telah hadir di 19 Provinsi. Sekarang ini jumlahnya sudah tersebar sebanyak 147 titik penyaluran. Dan jumlah itu akan terus ditingkatkan setelah Pemerintah memutuskan berlakunya New Normal.

Tujuan awal pembangunan Pertashop memang untuk menjangkau wilayah yang tak terlayani oleh SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) Pertamina. Biasanya itu adalah daerah terpencil. Program ini dengan sendirinya memang memiliki niat untuk menghidupkan perekonomian di kalangan bawah yang jauh dari pusat kota.

Selain lembaga desa, Pertamina juga memprioritaskan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai pengelola Pertashop. Hal itu sejalan dengan Program Pertamina One Village One Outlet, yang bertujuan memutar roda perekonomiannya. UMKM sendiri dikenal sebagai perwujudan usahanya wong cilik. Meskipun secara umum memang bukan usaha bersama.

Konsep mendahulukan lembaga desa oleh Pertamina inilah yang napasnya mirip dengan koperasi. Mungkin secara struktur masyarakat desa tidak punya saham secara langsung di sana, tapi soal imbal-balik hampir sama. Keuntungan yang dihasilkan oleh lembaga desa itu digunakan untuk kemakmuran masyarakat desa.

Sebagai informasi, Pertashop tidak hanya menyalurkan BBM, tapi juga menyediakan produk Pertamina lain, seperti LPG Bright Gas dan Pelumas. Tentu saja, jika warga desa kreatif, di sekitar Pertashop bisa didirikan usaha lain, misalnya tambal ban atau warung kecil.

Cita-cita untuk menyamai kesuksesan Koperasi Mondragon di Spanyol memang sangatlah berat. Tapi ketika mengingat kisah Umbul Ponggok di Klaten, Jateng itu, konsep serupa ternyata bisa diwujudkan. Memang tidak semua daerah punya aset asli seperti Ponggok. Dengan kreativitas dan kemauan bersama, cita-cita serupa bisa diciptakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun