Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Konversi BBM ke Gas Bersifat Mendesak, karena Lebih Murah dan Ramah Lingkungan

5 Agustus 2020   16:01 Diperbarui: 5 Agustus 2020   15:58 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Dok. Pertamina

Kebutuhan Bahan Bakar Minyak Indonesia terus mengalami kenaikan. Negara ini menjadi negara nett importir minyak, sebab bisa memproduksi minyak, tapi tidak mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Sebenarnya masih ada beberapa peluang untuk menekan kebiasaan impor minyak itu. Pertama menggunakan Bahan Bakar Nabati seperti minyak sawit. Pertamina telah membuktikan mampu membuat bahan bakar seratus persen dari sawit.

Langkah kedua, memanfaatkan penggunaan gas. Menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serapan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) untuk domestik belum optimal. Realisasi penyerapan gas domestik sampai April 2019 sebesar 5.573,74 Billion British Thermal Unit per Day (BBTUD) atau 74,7%. Kontrak secara keseluruhan pada 2019 yang bisa dipasok sebesar 7.458 BBTUD.

Melihat fakta itu, perlunya peningkatan penyerapan gas menjadi lebih banyak. Caranya adalah dengan melakukan konversi dari BBM ke gas. Proses konversi langsung memang akan memakan biaya yang besar. Karena kebanyakan transportasi masih menggunakan mesin berbahan bakar minyak.

Langkah lain yang lebih mudah adalah dengan menggunakan konverter kit. Ini adalah alat yang mengubah sistem bahan bakar mesin yang tadinya menggunakan bensin, menjadi bahan bakar gas. Bagi pengguna mesin berbahan bakar minyak, memang akan keberatan jika harus membeli alat itu. Karena menganggap tidak diperlukan.

Padahal menggunakan gas melalui alat konverter akan mendapatkan beberapa keuntungan. Di antaranya, gas jauh lebih murah dari BBM. Penggunaan gas juga terbukti lebih ramah lingkungan. Kemudian yang luput dipahami banyak orang, produksi gas kita tersedia dalam jumlah besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sementara minyak, negara harus impor dalam jumlah banyak.

Oleh sebab itu harus ada dorongan dari pihak lain, Pemerintah misalnya. Dan kabar baiknya, hal itu memang sudah dilakukan. Untuk merealisasikan konversi itu, Pertamina siap menerima penugasan dari pemerintah untuk mendistribusikan 35.000 paket konventer kit bagi nelayan dan petani. Sebanyak 25.000 konverter kit itu akan didistribusikan pada nelayan. Sementara yang 10.000 unit untuk petani, mengingat sebagian petani menggunakan mesin pompa air untuk mengairi sawahnya.

Hal itu ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan Sasaran dan Petani Sasaran Tahun Anggaran 2020. Pertamina akan segera melakukan proses pengadaan yang ditargetkan selesai akhir September 2020. Maka pada minggu kedua Oktober 2020, konverter kit akan mulai didistribusikan, seperti dilansir di sini.

Program seperti ini bukan hal baru. Tercatat Pertamina sudah mendistribusikan paket konverter kit untuk nelayan sejak 2016 lalu. Jumlah paket yang telah didistribusikan hingga 2019 mencapai 60.859 unit. Dari jumlah itu, khusus untuk nelayan, konverter kit yang didistribusikan sebanyak 1.000 unit.

Tahun ini Pertamina akan mendistribusikan paket konverter kit untuk nelayan di 17 provinsi yang meliputi 42 kabupaten dan kota. Sementara paket konverter kit untuk petani akan didistribusikan di enam provinsi, yang meliputi 24 kabupaten dan kota. Bantuan ini tentu saja akan membuat penerimanya segera beralih dari BBM ke gas dan merasakan perbedaannya.

Mengingat besarnya jumlah gas yang tidak terserap di pasar domestik, upaya konversi dari BBM ke gas ini hal mendesak untuk terus ditingkatkan. Pemerintah sudah benar, menjadi pendorong utama program baik ini. Namun masyarakat yang menjadi penentu berjalannya upaya tersebut. Tidak cukup didorong dari atas. Masyarakat harus memahami keuntungan konversi. Dengan kesadaran, gas jauh lebih murah dan ramah terhadap lingkungan.

Puji Handoko

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun