Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bicara pada Anak

10 April 2017   16:02 Diperbarui: 10 April 2017   23:30 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi orang tua dengan tiga orang anak dimana anak pertama dan kedua telah beranjak remaja, adalah hal yang sedang saya alami sekarang. Anak ketiga memang berjarak lumayan jauh dengan kakak-kakaknya. Anakku yang pertama perempuan sedang duduk di kelas 10 di sebuah madrasah aliyah negeri di Yogyakarta, sedangkan anakku yang kedua lelaki duduk di kelas 8 di madrasah tsanawiyah negeri di Purwokerto. Kedua anakku tersebut tinggal di sebuah pondok pesantren dekat sekolah masing-masing. Sedangkan anak yang ketiga adalah perempuan masih berusia 7 tahun duduk dimadrasah ibtidaiyah di Baturraden.

Hidup berpisah dengan anak-anak yang sedang menjelang remaja, bukan berarti tidak ada kekhawatiran terhadap keadaan mereka. Alhamdulillah anak yang pertama walaupun berpisah kota yang lumayan jauh, masih bisa berkomunikasi setiap hari. Dia memang membawa HP dan hanya diperbolehkan memegangnya pada jam-jam tertentu, sesuai dengan peraturan di madrasah dan pondok pesantrennya. Pada saat itulah kami bisa chatting, telpon, untuk saling mengirim kabar. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan biasanya dia sampaikan, termasuk ketika ada kesulitan-kesulitan yang dialami. Kadang-kadang tugas dari madrasah yang dia tidak begitu paham juga ditanyakan. Walaupun kadang kala kami tidak tahu jawaban dari soal atau tugas yang dia tanyakan, tapi kami bisa mengarahkannya untuk menanyakan atau mencari ke sumber-sumber belajar yang memungkinkan dia bisa akses. Dengan cara seperti itu, kami bisa membantunya, memberi perhatian dan memantau kegiatannya sehari-hari, walaupun jarak lumayan jauh. Setidaknya kami masih bisa bercerita, berbicara tentang apa yang sedang dirasakan, dialami dan kalau diperlukan mencarikan solusi. 

Ketika kami bertemu, misalnya dia pulang atau kami berkesempatan menengoknya, biasanya kami pakai untuk kegiatan secara bersama-sama. Misalnya menikmati kuliner di rumah makan yang diinginkannya, jalan-jalan ke suatu tempat sambil berbincang-bincang dan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Keinginan-keinginannya biasanya dia sampaikan.  Kejadian-kejadian yang tidak bisa dia ceritakan lewat chat, biasanya dia ceritakan pada saat itu. Kami berusaha agar dia tidak tertutup. Masalah yang dialaminya, kesulitan-kesulitan yang dirasakannya kami coba gali agar dia terbuka. Alhamdulillah, dia mau bercerita dengan terbuka, walaupun kadang-kadang kalau kelihatan malas ngobrol ya kami hanya menemaninya makan, jalan - jalan mencari barang-barang kebutuhannya. Sebisa mungkin memang kami berusaha agar dia tidak merasa jauh dari orang tuanya walaupun tinggal berpisah. 

Berbeda dengan anak pertama, anak yang kedua kami kelihatannya agak  tertutup. Dia tidak terlalu suka berbicara. Ketika kami bersama,  lebih banyak dia gunakan untuk waktu 

di tempat yang jaraknya 

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun