Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebaran di Rumah Nenek

8 Mei 2022   20:21 Diperbarui: 8 Mei 2022   20:22 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senang sekali lebaran kali ini bisa sholat bareng nenek. Dua tahun tidak mudik membuat lebaran kali ini terasa begitu istimewa. Rumah nenek yang berhadapan dengan masjid menjadi begitu meriah dengan penuh nya jamaah sholat idul fitri yang memenuhi masjid hingga ke halaman dan jalan.

Orang-orang begitu antusias menyambut idul fitri kali ini. Mereka bergegas ke masjid untuk menyiapkan tempat sholat. Bahkan sehabis sholat subuh tadi banyak yang langsung menggelar sajadah guna persiapan sholat idul fitri.

Kulihat sekilas di antara jamaah yang sedang menyiapkan tempat sholat, ada seorang cowok ganteng mirip dengan seseorang di masa laluku. Seseorang yang pamit untuk pergi menunaikan pendidikan setelah dinyatakan di terima sebagai TNI angkatan laut.

Pamit dan berjanji untuk kembali. Namun sekian purnama berjalan bayangannya pun tak pernah lagi terlihat. Pernah dengar kabarnya telah ditempatkan tugas di Indonesia bagian ujung barat. Kota We, kota yang sama sekali tak terlintas dalam bayangan sekalipun akan menjadi tempat tugas sekaligus tempat tinggalnya hingga kini.

Penantian yang berujung penyesalan. Bertahun-tahun menunggu kabarnya pun tak pernah sampai. Lelah menunggu akhirnya ibuku menjodohkan dengan anak temannya yang menjadi PNS. Dengan niat berbakti pada orang tua akhirnya kuterima dan menikah dengan suamiku sekarang ini. 

Pernikahan  yang bahagia sebenarnya. Perhatian dan cintanya yang luar biasa membuatku tak pernah lagi mengingat sosok yang pernah hadir dalam hati sebelumnya. Namun sakit yang kronis mengantarkan suami kembali pada Sang Pencipta. Ya aku saat ini telah menjadi single parent dengan 4 orang anak yang telah dewasa.  Tiga orang anakku telah berkeluarga dan memberikanku cucu yang cantik dan ganteng. Walau suami telah pergi namun aku tidak kesepian karena anak dan cucu ada di sampingk7. Mereka memang tinggal tidak jauh dari rumahku.

Anganku tentang sosok dari masa lalu tiba-tiba menjadi bayang yang nyata. Terlihat di depanku seseorang berdiri dengan gagahnya di dekat cowok ganteng yang sedang menyiapkan tempat sholat. 

Tiba-tiba dia menoleh dan melihat ke arahku. Terlihat raut wajah kaget. Sepertinya teringat akan sesuatu. Namun situasi tidak memungkinkan untuk saling mendekat karena begitu banyak jamaah di antara kami.

 Takbir telah berkumandang dan sholat idul fitri akan dilaksanakan. Akupun segera mempersiapkan diri memakai mukena dan menggelar sajadah. Dengan khusyu kuikuti sholat tersebut. 

Rangkaian sholat idul fitri dan bersalaman dengan sesama jamaah telah usai. Aku bersiap untuk pulang bersama dengan cucuku yang ternyata telah jalan duluan bersama teman-temannya.

Tiba-tiba sosok yang tadi kulihat sudah menanti sendiri di pinggir jalan arah pulang. Mau tidak mau Aku melewati dan menganggukkan kepala sembari menangkupkan kedua tangan di dada. Dia mengajak bersalaman sambil mulutnya mengucapkan selamat hari raya dan mohon maaf.

Luka yang pernah ditorehkan dulu rasanya terbuka lagi. Sambil berjalan arah pulang dia mengikuti dan berusaha berjalan sejajar sambil memanggil-manggil namaku. 

"Nina, Aku dengar suamimu telah tiada, ikut prihatin mendengarnya. Maafkan atas tindakanku dulu. Jauhnya tempat tugasku tidak memungkinkan untuk menyusulmu dan membawamu bersamaku. Akhirnya aku menikah dengan gadis asal sana dan belum lama juga aku telah ditinggalkan menghadap yang kuasa."

Beberapa hari setelah pertemuan itu, dia datang  ke rumah dengan anaknya dan memintaku untuk menyambungkan rasa yang pernah ada. Aku minta ijin pada anakku san mereka membolehkan untumkku menikah lagi.

Lebaran kali ini membawa nuansa baru dalam kehidupan. Kehidupan baruku bersama seseorang dari masa laku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun