Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terjebak Cinta Brondong

28 Februari 2021   03:40 Diperbarui: 28 Februari 2021   03:44 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saling blok media sosial sudah dilakukan. Namun lagi-lagi banyaknya jalur komunikasi yang ada tidak mudah berhenti begitu saja. Sesekali masih ada bait-bait puisi yang tercipta dan mengetarkan jiwa.

Antara rasa dan logika saling berperang. Nafsu dan kebenaran berdilema. Menuntut pernyataan dan pelampiasan. Sujud-sujud panjang di malam sunyi tak berdaya menampung gejolak yang ada.

Hati yang resah, gelisah, galau dan merana ditumpahkannya dalam tangisan pilu meminta ketenangan dan kedamaian jiwanya.

Terjebak dalam cinta kepada orang yang tak disangkanya mampu memporakporandakan jiwanya, membuatnya butuh pendampingan. Ditumpahkannya rasa tersebut kepada pasangan hidupnya.

Rasa yang selama ini dipendamnya sendiri akhirnya terkuak. Tak sanggup dia memendamnya. Kebijakan dan kesabaran suaminya telah menuntunnya pada jalan kembali.

Walau suaminya sakit hati dan kecewa dengan kenyataan yang ada. Namun cinta dan kasihnya menginginkan istrinya untuk kembali. Apa ang sudah terjadi adalah sebuah kesalahan dan bersedia memaafkan.

Janji untuk tidak kembali berhubungan dengan dia yang membuat dirinya mendua diucapkannya. Rupanya rasa yang telah dialaminya itu tidak sehatusnya terjadi. Kesadaran itu membuat dirinya lebih mencinta dengan apa yang telah dipunyainya. Dia lepaskan harapannya untuk memiliki apa yang memang bukan miliknua.

Pelajaran tersebut memberikan kesadaran pada dirinya akan makna hidup yang lebih berarti. Hidup tidak sekedar menurutkan hawa nafsu, keinginan sesaat. Namun ada hal-hal yang harus tetap dijaganya dalam kerangka menuju tujuan hidup yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun