Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Beratnya Maaf yang Sebenarnya

22 Mei 2020   05:00 Diperbarui: 22 Mei 2020   05:03 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curhatan di medsos/dokpri

Permintaan maaf yang bukan sekedar meminta maaf. Deraian air mata yang mengalir atas penyesalan khilafku itu. Ternyata diriku sudah menghianati kepercayaannya.

Apakah suami memaafkan?

Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah penguasa alam semesta. Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati. Suami memberikan maafnya dengan berbagai syarat yang harus Aku jalani. Tidak boleh chattingan lagi, memutuskan pertemanan di medsos, tidak boleh berhubungan dalam bentuk apapun, jangan menerima curhatan semacam itu lagi dan beberapa syarat lainnya.

Terasa beratkah?

Awalnya iya, setelah hubungan pertemanan di medsos diputuskan,  kadang-kadang ada telpon atau sms yang mampir nyasar ke handphone. Miscall yang entah disengaja atau tidak mampir ke HP. Namun aku biarkan, kucoba teguh untuk tidak menghubunginya kembali.

Kadang-kadang ada upaya menghubungi semacam itu lagi, kuceritakan pada suami. Nomornya  suruh diblokir dan jangan menghubungi. Lambat laun dan sudah sekian lama Alhamdulillah tidak lagi terjadi. Aku bisa bernafas lega. Kehidupan rumah tangga akhirnya normal kembali.

Bicara tentang maaf memaafkan, sungguh itu adalah peristiwa saling memaafkan yang tak akan terlupa hingga saat ini. Kejadian itu memang sudah tak pernah lagi dibahas. 

Namun kejadian itu memberikan kesadaran kembali akan hakekat kehidupan berumah tangga dimana kesalahan yang terjadi bukan untuk diungkit-ungkit namun dibuang jauh-jauh dan dimaafkan. 

Memaafkan bukan hanya sekedar lipsing. Terucap di bibir dan tidak sampai ke hati. Memaafkan itu artinya kita harus rela, ikhlas dan ridlo untuk tidak mengingat-ingat lagi kesalahan itu. 

Ganti kesalahan dengan perbuatan yang lebih baik. Perbaiki hubungan kembali dengan saling menghormati, menghargai, disertai kasih sayang dan yang jelas ada tujuan hakiki yang kita tuju yaitu meraih ridlo ilahi robbi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Di hari raya idul fitri memang momen yang baik untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan. Semoga saling memaafkan yang terjadi bukan hanya sekedar say hello, bukan hanya sekedar tradisi namun lebih dari itu, ada unsur keikhlasan memaafkan kesalahan dengan harapan akan ada kehidupan yang lebih baik setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun