Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Ramadan, Akankah Kita Temui di Masa Social Distancing?

22 April 2020   07:10 Diperbarui: 22 April 2020   07:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ahmed Aqtai dari Pexels

Setiap jelang Ramadhan kita pasti sibuk nyiapin macam-macam. Apalagi menjelang sahur pertama. Menu apa yang akan disajikan, sudah disiapkan jauh sebelumnya. Anak-anak sudah ramai minta ini dan itu. Intinya mereka minta diistimewakan, disajikan menu kesukaan. Menu untuk buka dan sahur yang bermacam-macam, berbeda dari yang sehari-hari dimakan.

Untuk buka misalnya, selama ini mereka minta ke pasar dadakan Ramadhan yang banyak ditemui. Berjejer rapi di pinggir jalan, lapak-lapak jualan menu khas Ramadhan. Ada kue-kue, segala macam bubur,  macam-macam gorengan, sayur dan lauk yang beraneka jenis dan menerbitkan selera, apalagi sedang puasa.

Bermacam-macam jajanan itu mereka beli, walau sudah masak di rumah. Menu masakan di rumah ya memang standar saja, ada nasi, lauk paling 1 atau 2 jenis, sayur, buah dan minuman. Untuk menambah serunya berbuka, mereka akan beli jajanan di pasar ramadhan sebagai menu tambahan sesuai seleranya.

Mungkin karena kebiasaan itu kali ya, sehingga pengeluaran di bulan Ramadhan biasanya akan lebih besar dari bulan-bulan biasanya.

Di masa social distancing pandemi Covid 19 ini akankah kita temui pasar-pasar ramadhan dadakan?

Bisa jadi tidak karena kita dilarang keluar rumah. Secara khusus lapak-lapak itu didirikan mungkin tidak akan kita dapati. Kalau selama ini biasanya pemerintah setempat menyediakan secara khusus. Misal di kota kecamatan atau di desa, pihak kecamatan / desa biasanya membangunkan di lokasi khusus lapak-lapak tersebut. Banyak yang jualan aneka kue, lauk, sayur sebagai persiapan menu buka puasa. 

Kita akan kehilangan momen itu ya? Mungkin memang harus seperti itu, biasa dibayangkan kalau lapak-lapak tersebut buka dan sengaja di bangun, pasti akan menjadi ajang kumpul-kumpul warga. Interaksi masyarakat di sana terjadi. Kalau salah satu penjual atau pembeli positif covid 19, tidak bisa dibayangkan, seluruh pengunjung pasar ramadhan tersebut akan menjadi ODP baru.

Covid 19 akan marak lagi terjadi. Bisa jadi lebaran yang memang sudah dalam kondisi prihatin dengan larangan sholat idul fitri berjamaah, akan semakin prihatin karena banyaknya warga yang terkena covid 19.

Jadi kita musti bersabar dulu, Ramadhan kali ini kita tidak belanja jajanan menjelang buka, tidak jalan-jalan menjelang berbuka. Tidak ngabuburit. Tetap di rumah saja. Bukankah kita juga sedang WFH jadi punya banyak waktu untuk mempersiapkan menu buka sendiri. Sedangkan untuk menu-menunya, cara pembuatannya dan bahan-bahan yang dibutuhkannya, lihat saja di youtube. Segala masakan menu buka puasa bisa kita pilih dan aplikasikan di setiap harinya.

Kemarin sore suami ditelpon oleh ibu, ditanya apakah tidak ziarah ke makam bapak dan saudara di pemakaman umum dekat rumah? Ibu sudah menunggu kedatangan cucu-cucu katanya. Kami jawab untuk tahun ini, karena situasi pandemi Covid 19 ini, kami tidak melaksanakan ziarah kubur. Tradisi ziarah kubur biasanya kami lakukan menjelang puasa. Untuk kali ini biarlah doa kepada orang tua dan saudara yang telah berpulang kami laksanakan dari rumah saja. 

dokpri
dokpri
Ziarah kubur bareng warga dokumentasi lama / dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun