Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Nggak Mau Dicium

27 Maret 2020   15:20 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Derasnya informasi tentang Cofid-19 membuat hampir seluruh lapisan masyarakat tahu tentang pandemi yang sedang melanda dunia. Semua merasakan akibatnya.

Tidak terkecuali anak-anak yang biasa aktivitas dengan bebasnya kini harus berada di rumah saja selama 2 X 14 hari X 24 Jam. Ya saat ini kami memasuki periode social distancing yang kedua. 14 hari tidak sekolah akan dijalani anak-anak hingga 13 April 2020.  Awalnya tanggal 16 - 28 maret 2020

Mendengar pengumuman tersebut anak-anak merasa tidak senang. Awalnya mereka sudah sangat berharap Minggu depan akan masuk sekolah seperti biasa. Bahkan anakku yang kedua yang sekolah di luar kota sudah meminta untuk dibelikan tiket kereta.

Tentu saja kami belum memenuhi permintaannya karena ternyata kondisi pandemi ini tidak semakin menurun, malah cenderung terus naik. Akibatnya social distancing di 14 hari pertama dilanjutkan dengan 14 hari kedua. 

Social distanding mungkin semua sudah memahami. Gerakan #dirumahaja tanpa bisa keluar untuk bebas beraktivitas jalan-jalan, shopping, main ke tempat wisata, nonton film di bioskop, kuliner di resto dan kafe banyak yang sudah tahu.

Walaupun tidak diterapkan total karena aktivitas perekonomian sedikit banyak masih tetap berjalan. Orang-orang masih banyak yang jual beli di pasar. Toko-toko dan supermarket juga masih buka walaupun sungguh akan terasa miris karena sepi pengunjung.

Berkenaan dengan pencegahan wabah corona ini, satu aktivitas yang harus dihindari adalah kontak dengan orang lain. Gerakan #jagajarak minimal 1 meter membuat orang tidak leluasa lagi untuk saling bersentuhan.

Kita tidak lagi dianjurkan untuk saling bersalaman yang bisa menjadi penggugur dosa, karena kontak fisik lewat salaman tersebut bisa saling  menulari virus.  

Terkait dengan alasan tersebut, anakku yang ketiga perempuan umur 9 tahun duduk di kelas 4 di madrasah ibtidaiyah sekarang punya kebiasaan tidak mau dicium pipinya.

Aku bisa memaklumi kalau baru pulang kerja, memang tidak menyentuh, salaman, dan menciumnya. Namun memberi ciuman itu rupanya tidak mau dilakukan juga di kala berkumpul-kumpul biasa.

"Ibu, Ga mau dicium, nanti corona," entah dari mana dia mendapatkan pemikiran seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun