Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Guru dan Polisi

27 Februari 2020   11:45 Diperbarui: 27 Februari 2020   11:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus tenggelamnya 10 anak sekolah di Sleman rasa-rasanya semakin melebar. Tidak lagi sekedar penindakan terhadap guru Pembina Pramuka yang lalai dalam melaksanakan tugasnya, namun kelihatannya sudah merembet pada kasus dianggap sebagai  tindakan penghinaan oleh polisi terhadap profesi guru.

Membaca di media sosial yang banyak membahas tentang hal tersebut, rasanya kesedihan akibat kehilangan putra-putri penerus bangsa ini semakin mendalam. Sebagai seorang  Pembina pramuka di pangkalan kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang sekaligus dosen di tempat yang sama, tentu saja kasus tersebut menjadi perenungan bagi saya secara pribadi.

Tanggung jawab sebagai Pembina pada jenjang perguruan tinggi yang saya rasakan mungkin agak sedikit berbeda dengan Pembina di tingkat Pendidikan menengah. Ketika ada kegiatan kepramukaan di kampus secara umum Pembina memang dilibatkan secara langsung misalnya di konsep awal perencanaan kegiatan. 

Bagaimana kegiatan akan dilaksanakan, dewan ambalan kampus akan mengkonsultasikan pada Pembina. Di situlah kami langsung terlibat dengan mengarahkan untuk manajemen resikonya. Apakah kegiatan yang dilakukan membawa resiko pada peserta, seberapa jauh resikonya, bagaimana pencegahan, antisipasi dan tindak lanjutnya  akan dibahas untuk secara detail kegiatan akan direncanakan.

Dalam pelaksanaannya Pembina memang secara langsung hadir dalam kegiatan. Namun seringkali hanya supervise dan pendampingan dalam kegiatan. Dewan ambalan kampus yang merupakan mahasiswa kakak tingkatlah yang secara langsung melaksanakan kegiatan terhadap adik-adik kelasnya. Pelatihan,  perlombaan,  pengabdian dan sebagainya yang merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam even-even kepramukaan mereka laksanakan secara langsung di bawah supervise Pembina. Kalau sekiranya ada masalah yang harus segera diselesaikan, mereka akan konsultasi dengan Pembina pendamping.

Alhamdulillah kegiatan-kegiatan yang selama ini dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar dan tidak mendapat halangan yang berarti. Pernah ada beberapa kasus yang terjadi dalam kegiatan-kegiatan tersebut seperti peserta tergelincir di batu yang licin di sungai dan kakinya kesleo, peserta histeris kesurupan, jatuh sakit, pingsan dan sebagainya. Namun dengan kesigapan panitia, kasus-kasus tersebut dapat diatasi.

Kembali kepada judul awal, membaca dari dari kasus di Sleman ada pergeseran atau mungkin penambahan permasalahan. Tersangka yang sudah ditetapkan yaitu para Pembina pramuka tersebut dalam sebuah konferensi pers dipertontonkan dengan baju tahanan dan kepala plontos, rupa-rupanya menyinggung hati profesi guru. Mereka merasa apa yang dilakukan / apa yang terjadi pada para Pembina tersebut sebagai satu tindakan penghinaan terhadap profesinya. 

Hukum memang harus ditegakkan. Keadilan memang harus ditunjukkan. Namun prosedur dan menjaga kehati-hatian agar tidak menimbulkan permasalahan yang melebar juga sudah semestinya dijaga. Apa yang sebenarnya terjadi pada para Pembina tersebut di dalam sana mungkin perlu dijelaskan lebih lanjut agar kasus yang sebenarnya sudah menimbulkan keprihatinan tidak menambah luka lebih dalam . 

Referensi: disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun