Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku Lupa Bahagia

14 Februari 2020   14:05 Diperbarui: 14 Februari 2020   14:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini Aku semestinya bahagia, bukan karena ini adalah hari valentine. Hari yang kata orang merupakan hari untuk mengekspresikan rasa kasih sayang. Kasih sayang yang mungkin terasa kian memudar di tengah-tengah maraknya berita-berita kekerasan. 

Hari ini seharusnya Aku Bahagia. Bukan karena aku baru dapat hadiah. Hadiah yang sudah jarang orang berikan karena takut dituduh gratifikasi. 

"Salinglah kalian memberikan hadiah karena akan menumbuhkan kasih sayang".  Seberapapun pemberian yang dengan tulus kamu kasihkan, akan menurunkan rasa kebencian. Seberapapun pemberian yang kamu haturkan akan meruntuhkan rasa keegoisan. 

Untuk itu, salinglah memberi. Memberi yang karena keinginan untuk menyenangkan orang lain. Memberi yang didasari oleh rasa sayang. Memberi yang bukan mengharap untuk kembali dari orang yang diberinya.

Memberi dalam arti luas adalah memberikan sesuatu yang kita punya. Sesuatu yang mungkin sesungguhnya masih sangat kita suka. Sebaik-baik pemberian adalah memberikan sesuatu yang masih kita cintai. Mengorbankan yang masih kita butuhkan.

Beratkah? Tentu saja, kecuali bagi orang-orang yang memang tidak ada rasa memiliki. Apa yang kita punya sesungguhnya bukanlah kepunyaan kita. Apa yang kita miliki bukanlah hak milik kita. Semua itu adalah titipan, titipan dari Yang maha Kuasa untuk sebagai jalan kebaikan bagi kita. Jalan untuk kita memberikan kemanfaatan bagi orang lain.

Memberilah maka aku akan bahagia. Jangan menunggu sampai merasa berpunya. jangan menunggu saat berlebih. Jangan menanti ketika merasa banyak. 

Bukan apa-apa penantian tersebut. tak berarti apa-apa waktu menunggu itu. Karena penantian dan waktu yang ditunggu itu tak akan pernah ada. Tidak akan merasa diri kita berlebih, karena masih merasa kebutuhan semakin banyak. Tak akan ada harta menumpuk dan menunggu untuk dibagi, ketika masih menghitung-hitungnya.

Seberapa banyak yang kita punya? Seberapa banyak tumpukan harta kita? Tabungan yang ada ? Emas permata berlian yang dimiliki? Akankah itu dibagi? 

Mungkin tidak, kita tidak akan pernah membaginya. Sayang, Eman kata orang Jawa. 

Terus akan ke mana harta itu? Tidak habis dimakan 7 turunan? Atau akan habis tersisa menjadi rebutan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun