Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Money

Gali Lobang Tutup Lobang

20 Desember 2017   14:12 Diperbarui: 20 Desember 2017   14:19 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari mana istilah  " gali lobang tutup lobang" ya? Siapa yang  bikin? Sama Bang Haji saja sudah dibuat jadi lagu yang sangat terkenal. Penikmat dangdut bisa dikata tahu dan hafal lagu tersebut. Tapi omong-omong, bukan lagunya yang mau dibahas tapi maksud istilahnya itu kali ya.

Gali lobang tutup lobang, ada uang bayar utang. Hutang, siapa yang tak kenal. Walaupun bukan yang termasuk terjerat di dalamnya pasti mengenal apa itu hutang. Hampir setiap orang tahu dan pernah berurusan dengan hutang. Kalaupun bukan pelaku hutang, bisa jadi menjadi orang yang dipiutang. 

Berurusan dengan hutang kadang membuat pusing tujuh keliling, meskipun bukan dirinya yang berhutang. Apa penyebab orang berhutang? Mengapa dia mesti berhutang? Bisakah seandainya dalam hidupnya bebas hutang?

 Orang berhutang mungkin karena butuh tapi tidak punya, butuh dan sebenarnya bisa tanpa menghutang tapi tetap membayarnya dengan cara mengkredit, tidak butuh tapi ingin punya bisa jadi karena gengsi, bisa jadi ikut-ikutan dan bisa jadi pula hanya sekedar agar punya sesuatu sehingga menghutang. 

Butuh tapi tidak punya. Pada level ini barangkali berhutang itu menjadi sebuah keniscayaan. Kalau dia tidak berhutang, maka kebutuhannya tidak terpenuhi. Misal ketika harus membayar biaya sekolah, sudah waktunya membayar tetapi belum punya uang untuk membayarnya. Kalau misalnya tidak terbayar, bisa mengalami hambatan pada studinya. Pada saat seperti ini, menghutang bisa menjadi solusi. 

Butuh dan sebenarnya bisa mendapatkannya tanpa berhutang, namun tetap membayarnya dengan cara berhutang atau membayar dengan cara kredit. Hal seperti ini banyak terjadi pada kehidupan sekarang ini. Iklan dan promosi   yang sedemikian hebohnya membuat kita yang tadinya tidak melirik terhadap sesuatu, menjadi tertarik setidaknya untuk melihat, memperhatikan, mendekat dan lama-lama menjadi tertarik untuk memiliki. Walaupun keuangan kita sebenarnya mampu untuk membelinya secara kontan, namun sering kali dengan penawaran pembelian secara kredit kita menjadi lebih mudah untuk mengiyakan pembeliannya. Akhirnya kita terlibat dalam hutang piutang.

Ada lagi hutang yang sebenarnya tidak perlu. Menghutang karena gengsi, ikut-ikutan dan hanya sekedar ingin memiliki walau sebenarnya tidak butuh. Pada tingkatan hutang seperti ini, bisa dikatakan hutang karena tidak bisa menahan nafsu. Keinginan yang kuat untuk memiliki tidak dibarengi dengan kerasnya kerja untuk mendapat sesuatu secara kontan. Akhirnya memilih berhutang, walau sebenarnya tidak memerlukannya. Malu kalau dikatakan tidak sama dengan orang lain. Malu karena tidak mempunyai seperti yang lain, bukanlah malu yang baik. Malu yang seperti ini akan menjerumuskannya pada tindakan gali lubang tutup lubang. 

Kembali pada gali lubang tutup lubang, ada uang bayar hutang. Ketika hutang kita sudah menumpuk di mana-mana. Hutang bukan lagi pada satu orang, satu tempat tapi beberapa tempat, gali lubang tutup lubang bisa jadi menjadi solusi yang bukan solusi tapi lingkaran setan. Ketika dia harus membayar hutangnya di suatu tempat, dia akan membayarnya dengan cara berhutang di tempat lain. Beberapa lubang akan terbuka, dan menutupnya dengan membuka lubang berikutnya. Di situlah lubang - lubang tidak akan tertutup. Yang paling berbahaya adalah apabila lubangnya terlalu besar dan dalam bisa jadi akan terperosok sendiri dan tidak mampu bangkit lagi.

Hati-hati lah dengan hutang. Hati-hatilah dengan lubang. Tidak semua hutang akan membuat kebaikan, apalagi hutang yang semakin menjerat, misalnya hutang yang diiringi dengan riba. Hutang yang seperti ini akan membuat hutang kita semakin banyak, menumpuk tanpa kita sadari. 

Mampukah kita terbebas dari hutang? Entahlah, kata orang mampu. Walau diri sendiri belum mampu terbebas dari hutang, namun setidaknya ada keinginan untuk membebaskan dari hutang, apalagi hutang riba. Solusi termudah barangkali, tidak membuat lubang baru. Tutup lubang sedikit demi sedikit. Kendalikan diri untuk tidak mudah memiliki keinginan, apalagi yang terbayarkan dengan cara hutang. 

Semoga dengan doa dan upaya kita bisa terbebas dari hutang. Bebaskan diri kita dari hutang, bebaskan keluarga kita dari hutang, bebaskan masyarakat kita dari hutang, bebaskan negara kita dari hutang. Hidup tanpa hutang, alangkah indahnya. Seindah negeri kita, gemah ripah loh jinawi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun