Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cara Berbicara agar Anak Mendengarkan dan Mendengarkan agar Anak Berbicara

14 Januari 2023   16:31 Diperbarui: 16 Januari 2023   00:14 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika cara komunikasi orangtua salah, anak pun akan susah untuk mendengarkan apa yang dikatakan orangtuanya. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Orangtua jangan merespon, "Loh Dek, masak main lego aja marah-marah, sabar dikit kan bisa!", "Kamu loh kak, belajar aja udah ngeluh capek, Mama sama Papa loh bekerja seharian enggak pernah ngeluh capek" dan respon negatif lainnya. Padahal, sebenarnya ya kamu sebagai orang tua juga sering mengeluh, hanya saja memang tidak ditampakkan di depan anak. 

Orang tua jarang yang sadar bahwa perasaan, itu berpengaruh terhadap perilaku atau perbuatan, termasuk juga pada anak. Ketika kamu sebagai orang tua menyangkal perasaan anak, itu dapat memperburuk masalah. Hal itu mengajarkan anak untuk tidak mengetahui apa perasaan mereka dan tidak mempercayai mereka.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan orang tua misalnya pada kasus anak yang sudah beberapa kali bolos les tanpa orang tua tahu karena dia merasa lelah untuk belajar seharian penuh misalnya. Nah, untuk dapat mengatasi hal ini, cara pertama yaitu dengarkan anak dengan tenang dan penuh perhatian, aku perasaan anak dengan kata-kata karena terkadang anak itu sudah memiliki solusi terhadap masalah mereka. Hanya saja yang mereka cari dengan bercerita ke orang tua adalah validasi bahwa orang tua memiliki perasaan atau pikiran yang sama dengan mereka. 

Cara selanjutnya yaitu beri label terhadap perasaan anak, seperti "Wah, Mama gak nyangka Kakak mengalami hal seperti itu tapi Kakak kuat" dan yang terakhir adalah beri anak keinginannya dalam fantasi. Misalnya, "Duh Kak, Mama harap agar dating waktu liburan agar bisa bawa Kakak jalan-jalan ke Dufan!". 

Dengan melakukan beberapa cara diatas, anak tidak akan melihat orang tua sebagai bagian dari masalah yang mereka lakukan. Namun yang perlu diingat adalah memang semua perasaan anak dapat diterima, tetapi pada tindakan tertentu harus dibatasi.

Lantas, bagaimana kalau anak ternyata sudah melewati batas, apa yang bisa orang tua lakukan? Cara kedua yaitu alternatif untuk hukuman. Hukuman disini jangan dimaknai sebagai hukuman yang rekat dengan kemarahan atau menyerang fisik yang bisa melukai karakter anak. 

Namun, terdapat beberapa alternatif hukuman yang bisa digunakan oleh orang tua diantaranya Pertama, mengekspresikan perasaanmu yang kuat tetapi tanpa menyerang karakter anak. Misalnya, "Mama sebenarnya sedih dan marah karena Kakak berani bolos les tanpa bilang ke Mama.". 

Kedua, nyatakan harapan kamu, seperti "Mama pengennya, kalau Kakak emang capek belajar di hari itu, Kakak bilang dulu ke Mama. Biar Mama tahu dan guru les Kakak tidak khawatir karena mengira terjadi sesuatu di jalan yang membuat Kakak absen les hari ini". Ketiga, tunjukkan pada anak cara menebus kesalahan. Misalnya, "Yang perlu untuk Kakak lakukan adalah meminta maaf ke orang-orang yang sudah Kakak buat khawatir hari ini, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi". Keempat, tawarkan pilihan.

 Misalnya, "Oke, Kakak mau pulang sekolah les seperti biasa dan kalau gak masuk izin ke guru dan Mama ditambah dengan mendapatkan fasilitas gadget dari Mama atau tidak les tapi harus belajar mandiri di rumah. Nanti Mama beri kesempatan melanggar 3 kali, kalau lebih fasilitasnya Mama ambil kembali". 

Cara selanjutnya adalah ambil tindakan. Maksudnya, ketika anak sudah menggunakan hak istimewa sesuai dengan kesepakatan yang dibangun diawal, maka orang tua dapat mengambil fasilitas gadget yang diberikan kepada anak untuk beberapa saat. 

Terakhir, pemecahan masalah. Hal ini mencakup bagaimana orang tua memikirkan solusi bersama dengan anak agar mendapatkan kompromi. Misalnya, anak setuju untuk tidak les tapi belajar di rumah setiap malam bersama dengan orang tua, jadi dia tidak belajar sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun