Biasanya orang yang tengah melakukan silent treatment bersikap dingin dalam jangka waktu berpekan-pekan, menolak untuk berbicara, bertemu, atau bahkan hal sederhana seperti membalas pesan dari pasangan atau lawan permasalahannya.
Yang ada dalam pikiran orang yang tengah melakukan silent treatment biasanya adalah ia merasa memiliki kendali penuh atas apa yang tengah terjadi. Padahal, orang yang menjadi korban berada dalam pikiran kebingungan dan ketakutan akan keadaan yang bisa semakin memburuk.Â
Biasanya ia akan terpikirkan bagaimana caranya untuk membuat kamu kembali berbicara atau memulai komunikasi dengan mereka, bukan kepada inti menyelesaikan permasalahan yang ada.
Barangkali kalau hanya terjadi sekali, ini tidak berpengaruh pada sebuah hubungan, namun kalau terjadi berkali-kali dalam sebuah hubungan asmara atau hubungan keluarga maka akan menjadi pola hubungan yang toxic dan abusive.Â
Bahkan, ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa ketika seseorang sering diabaikan, ia perlahan akan kehilangan harga dirinya, merasa tak dicintai, terluka, bingung, merasa tak penting dan endingnya kehilangan sense of belonging alias rasa saling memiliki antar satu sama lain.Â
Dalam kasus yang lebih parah juga bukan tak mungkin akan memberikan kontribusi atas depresi serta kecemasan seseorang.
Dalam penelitian lain juga terdapat data bahwa seseorang yang terlibat dalam perlakuan seperti ini cenderung merasa tak puas dengan hubungan yang ia jalani, dirasa memiliki keintiman yang kurang serta komunikasi yang lebih buruk.Â
Sebuah hubungan yang melibatkan perilaku seperi ini juga akan lebih banyak dipenuhi dengan kecemasan serta cenderung menyakiti mereka yang terlibat didalamnya.
Ketika seseorang sudah lelah untuk menghadapi sikap pasangan atau orangtua yang melakukan silent treatment ini maka bukan tak mungkin ia akan meninggalkan atau kehilangan rasa hormat atas orang tadi.
Ketika sebuah hubungan sudah terjadi seperti itu maka tentu saja perpisahan yang menyakitkan serta hubungan yang menjemukan susah untuk dapat dihindari.
Karena hal tersebut kemudian, perlu kiranya untuk dapat memperbaiki pola komunikasi yang seperti ini. Sebaiknya yang dilakukan adalah keterbukaan antar satu sama lain, jujur atas apa yang dirasakan dan mengatakan bahwa ia tidak menyukai kondisi yang seperti ini.Â