Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Ini Dia Alasan Mengapa Silent Treatment Jangan Dilakukan dalam Sebuah Hubungan

28 Mei 2021   20:36 Diperbarui: 30 Mei 2021   21:31 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Diam memang posisi yang aman sebab menimbulkan tenang, namun air yang tenang tak selalu menandakan ia aman, kita tidak bisa menebak bahaya apa yang tersembunyi sebenarnya didalamnya"
-Puja Nor Fajariyah

Setiap orangtua memiliki cara yang berbeda dalam hal mendidik dan mengambil sikap ketika mengatasi kemarahan atas perilaku anaknya. Dari mulai yang marah, memukul, atau bahkan diam seribu bahasa. 

Cara ini dilakukan adalah tergantung dari tipe orangtua serta tujuan yang dimiliki oleh orangtua tadi ingin mendisiplinkan anaknya seperti apa. Bisa juga terjadi dalam sebuah hubungan, ketika dua orang pasangan tengah berselisih-paham keduanya akan memakai berbagai cara dalam mendinamikan hubungan.

Bisa juga dengan saling marah-marahan, jauh-jauhan, atau bahkan ya saling diam-diaman. Well, dalam tulisanku kali ini ingin menyoroti salah satu treatment yang biasanya digunakan dalam hal menangani hubungan antar dua orang atau lebih manusia, bisa pada hubungan orangtua dengan anak, dua orang pasangan, atau hubungan yang lain. 

Treatment ini dikenal dengan istilah "Silent Treatment" serta pengaruhnya dalam sebuah hubungan. Apakah benar ia mampu mendisiplinkan atau justru memperburuk keadaan? 

Kalau kamu penasaran, aku sarankan kamu membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Jujur saja, silent treatment ini beberapa kali dilakukan oleh orangtua dari temanku. Aku tahu dari temanku yang bercerita kepadaku. Hal ini dilakukan tentu saja dengan tujuan mendisiplinkan. 

Namun, berdasarkan apa yang aku pikirkan, terkadang cara ini justru membuat temanku larut dalam kebingungan karena tak sadar kesalahan apa yang tengah ia perbuat dan bagaimana cara untuk dapat memperbaikinya. 

Barangkali benar cara ini kalau diambil dari sudut pandang orangtua dapat melatih anak untuk melakukan introspeksi atau berpikir kritis atas apa masalah mereka serta bagaimana cara memperbaikinya. 

Namun pada beberapa kasus, yang harus menjadi pedoman bagi orangtua adalah apakah benar anaknya sudah dapat berpikir hingga kesana. Jangan sampai justru yang terjadi adalah kesehatan mental anak yang tergadaikan sebab anak kebingungan atas apa salah mereka dan bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun