Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bukan Tanda Kegilaan atau Depresi, Ini Penjelasan Mengenai "Call of The Void" yang Perlu Kamu Ketahui

22 Februari 2021   10:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   23:17 10389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pixabay.com)

Menyepakati apa yang diungkapkan oleh Smith, seorang Psikolog dari University of Notre Dame, yaitu Jennifer Hames di mana beliau memiliki spesialisasi dalam bidang tindakan bunuh diri, berpendapat bahwa manusia sering kali menyalahartikan sinyal yang diberikan atau datang dari otak.

Terlebih lagi, ini diamini oleh penelitian yang dipublikasi oleh Harvard Medical School yang pernah Hames baca dan mengatakan bahwa 1 dari 7 orang pernah memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya di satu titik. 

Karena merasa antara perasaan tadi dengan HPP itu adalah dua hal yang berbeda, Hames beserta rekannya pada akhirnya melakukan wawancara terhadap 431 mahasiwa di Florida State University. Dari hasil wawancara tersebut kemudian didapatkan kesimpulan bahwa:

 "HPP itu bukan pikiran untuk melakukan bunuh diri melainkan sinyal yang berasal dari otak yang muncul untuk memberitahukan seseorang dalam kondisi yang berbahaya"

Dan, benar adanya bahwa di luar sana masih banyak sekali kesalahan persepsi yang menyalahartikan HPP ini sebagai "dorongan untuk melompat". Kemudian, Hames dan rekannya memberikan judul penelitian ini yaitu "An urge to jump affirms the urge to live".

Penelitian mengenai call of the void yang rekat dengan HPP ini tidak berakhir sampai di situ saja. 

Berbeda dengan pendapat Smith dan Hames yang saling menyepakati, seorang ahli psikologi yaitu Pauline Wallin yang berasal dari Camp Hill, California mengemukakan bahwa ia tidak sepakat dengan keduanya. Justru,Wallin mengatakan bahwa HPP sendiri adalah sebuah tantangan.

Wallin mengambil contoh seperti ini, ia menyamakan perasaan merinding yang terjadi ketika seseorang memandang ke bawah jembatan yang curam dengan perasaan seorang anak berumur 8 tahun saat ingin masuk ke wahana menyeramkan. 

Dari contoh ini, secara tidak langsung Wallin menjabarkan bahwa HPP adalah bentuk "tantangan" yang diberikan oleh tubuh, "Apakah kita bisa melawan ketinggian tanpa rasa takut?"

Sayangnya, karena Wallin tidak dapat mendasari pernyataannya ini dengan bukti-bukti ilmiah, maka pernyataannya ini berlalu begitu saja dan tidak terlalu dianggap keberadaannya.

Well, sebelumnya aku mengatakan bahwasanya pemikiran untuk bunuh diri dan membunuh sesuatu itu bukanlah termasuk tindakan impulsif, dan iya benar. Perilaku ini lebih pas masuk dalam kategori tindakan intrusif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun