Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Kisah Undur-Undur dan Negeri yang Tergadai

7 Januari 2021   07:56 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:19 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Amar world.blogspot

"Kalian itu harus sadar, badan kalian terlalu besar dan bobot kalian terlalu berat untuk berjalan di jalan baru ini. Kalian bisa membuat jalan ini cepat rusak dan binatang lain tak lagi bisa berjalan menikmati jalan baru yang pak undur-undur buat, coba badan kalian kecil dan kalian tidak terlalu berat kalian bisa kapan saja lewat di jalan ini" Sarkas pak antek.

Mendengar hal tersebut, tentu saja para gajah tak pernah menyangka. Kalimat yang baru saja disampaikan kepada mereka begitu menyayat dan tak peduli sebesar dan seberat apa bentuk mereka, ada hati yang rapuh di dalamnya. Kawanan gajah akhirnya menepi, berbalik arah, dan menghilang dari pandangan. Mereka berpencar, menepi untuk masing-masing mengasingkan diri.

Sejak hari itu gajah tak lagi nampak dari pandangan undur-undur. Mereka benar-benar lenyap, para gajah enggan lagi untuk dapat terlihat. Mereka terjebak dalam rasa bersalah yang berlarut-larut. Para gajah merasa tubuh dan bobot mereka dapat membuat makhluk lain kesusahan karena mereka.

Sekali lagi, ada perasaan yang tergadai hanya karena undur-undur yang haus kuasa.

Hari, bulan, tahun tak terasa berlalu. Seperti biasa undur-undur dan para anteknya mengelilingi negerinya. Jalanan telah bagus, dan pada hari itu negeri itu begitu tenang dan sepi membuat undur-undur dapat berjalan dengan begitu tenang. Kepalang tenang, ketika sampai pada titik ujung tempat dimana ia berkeliling.

Ada satu hal yang baru ia sadari, selama ia berkeliling, ia tak sama sekali melihat ada binatang dan makhluk lain bagian dari rakyatnya yang berjalan-jalan. Negerinya benar-benar sepi, senyap seolah tak berpenghuni selain ia dan anteknya. Tentu saja, sekali lagi ia khawatir bagaimana bisa negerinya sepi. Pergantian kekuasaan akan segera dilakukan. Bila tak lagi dipilih, kesenangan yang selama ini ia rasakan ketika menjabat sebagai pemimpin negeri akan hilang. 

Akhirnya, ia pun meminta antek ketiga untuk mencari tahu alasan mengapa negerinya begitu sepi.

Antek ketiga mencoba berjalan kembali mengelilingi hutan, menyusuri jalan, mengintip ke dalam lautan. Dan, hasilnya kosong, tak ada binatang atau penghuni lain yang dapat ia temui. Ia pun melaporkan apa yang ia temui kepada undur-undur. Dan, undur-undur kembali memaksa untuk ia menyebarkan siaran di udara melalui pelantang siapa tahu masih ada penghuni negeri yang tersisa.

"Wahai penghuni negeri antah berantah, siapapun kalian yang masih ada di negeri ini, pak undur-undur mengundang kalian ke istana," antek ketiga menyiarkan siaran udara yang menggema ke seluruh negeri.

Di akhir gema, yang mendengar suara antek undur-undur tadi akhirnya semut mencoba untuk keluar dari sarangnya dan berjalan menuju istana. Ia ingin mengungkapkan isi hatinya sebelum turut menghilang dari negeri itu. Melihat semut datang, gerbang istana dibuka dan kejadian itu menjadi kali pertama undur-undur berbicara dengan rakyatnya dimana sebelumnya selalu diwakilkan oleh anteknya.

"Wahai pak semut, apakah kamu mengetahui alasan mengapa negeri ini begitu sepi?" tanya undur-undur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun