Terakhir, Ketika salah, jangan tunda meminta maaf. Meminta maaf secara tulus bisa membawa lega bagi yang menerimanya dan yang memberi. Contohnya, masyarakat sering merasa kesal dengan kejadian aparat yang sering bertindak semaunya dan cenderung salah sasaran saat masyarakat atau mahasiswa melakukan aksi. Padahal, dari masyarakat atau mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasi. Disini, ada dua skenario percakapan yang mungkin terjadi.
Pertama, Masyarakat berkataÂ
"Aduh, Aparat ini selalu saja enaknya main hakim sendiri, katanya demokrasi tapi giliran kami aksi malah diperlakukan kaya gini,"Â
si aparat menjawab "selalu?",Â
"Iya, aku gak pernah liat kamu gak mukul-mukulin atau nangkep-nangkepin massa kalau ada aksi begini, padahal aku gak pernah anarkis pas turun aksi"Â
"Gak pernah anarkis?" Â
"Iya, aku udah berkali-kali ngebilangin, kenapa sih aparat ini gak mau ngedengerin!"
Atau pada skenario kedua yang bertengkar sehat seperti ini,Â
"Bapak Aparat yang terhormat, kita semua kan selalu merasa nyaman kalau kondisi negara aman dan damai. Mmm, aku beberapa kali liat bapak ini kalau massa turun aksi selalu melakukan tindakan yang tidak wajar seperti menangkap massa sembarangan dan lain-lain, jujur aku merasa tak nyaman dan keberatan. Boleh gak, please Bapak aparat kalau masyarakat sedang aksi lain kali lebih berkemanusiaan?"Â
"Oh iya maaf, lain kali kami dari aparat akan memperbaiki kesalahan dan mengevaluasi prosedur yang dianggap meresahkan"
"Terima kasih kasih ya Bapak, sudah mau mengerti,"