Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menguak Tabir: Apakah Masyarakat dan Aparat Tak Dapat Bertengkar Sehat?

15 Oktober 2020   13:07 Diperbarui: 15 Oktober 2020   13:10 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baku hantam antara aparat kepolisian dengan masyarakat (Sumber: Pinterest)

Terakhir, Ketika salah, jangan tunda meminta maaf. Meminta maaf secara tulus bisa membawa lega bagi yang menerimanya dan yang memberi. Contohnya, masyarakat sering merasa kesal dengan kejadian aparat yang sering bertindak semaunya dan cenderung salah sasaran saat masyarakat atau mahasiswa melakukan aksi. Padahal, dari masyarakat atau mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasi. Disini, ada dua skenario percakapan yang mungkin terjadi.

Pertama, Masyarakat berkata 

"Aduh, Aparat ini selalu saja enaknya main hakim sendiri, katanya demokrasi tapi giliran kami aksi malah diperlakukan kaya gini," 

si aparat menjawab "selalu?", 

"Iya, aku gak pernah liat kamu gak mukul-mukulin atau nangkep-nangkepin massa kalau ada aksi begini, padahal aku gak pernah anarkis pas turun aksi" 

"Gak pernah anarkis?"  

"Iya, aku udah berkali-kali ngebilangin, kenapa sih aparat ini gak mau ngedengerin!"

Atau pada skenario kedua yang bertengkar sehat seperti ini, 

"Bapak Aparat yang terhormat, kita semua kan selalu merasa nyaman kalau kondisi negara aman dan damai. Mmm, aku beberapa kali liat bapak ini kalau massa turun aksi selalu melakukan tindakan yang tidak wajar seperti menangkap massa sembarangan dan lain-lain, jujur aku merasa tak nyaman dan keberatan. Boleh gak, please Bapak aparat kalau masyarakat sedang aksi lain kali lebih berkemanusiaan?" 

"Oh iya maaf, lain kali kami dari aparat akan memperbaiki kesalahan dan mengevaluasi prosedur yang dianggap meresahkan"

"Terima kasih kasih ya Bapak, sudah mau mengerti,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun