Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjamuan (Puisi)

22 Januari 2016   18:08 Diperbarui: 22 Januari 2016   18:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Foto: Warungkopi28.wordpress. com "][/caption]

Seperti janjiku di penghujung senja,
ini adalah perjamuan kita yang terakhir
sebab lidahku kelu dan katakata pun membisu
"tuangkan kopi itu perlahan,"katamu
karena senja makin temaram dan anakanak ayam telah kembali kepada induknya

lihatlah kopi itu, ia telah menjelma seekor rindu yang mengabarkan keresahan juga tentang harapan yang tiada sudah, ia kelak akan membuat sangkar di atas ranting kering dengan buah yang bernama airmata kepedihan dan keputusasaan

sebelum ini, tiada perjamuan di antara kita kecuali bibir yang basah, jiwa yang mendesah dengan katakata indah yang meluluhkan birahi hingga menjelma kopi yang panasnya mampu menelan hawa dingin di kedua bolamatamu, menghangatkan senyuman di bibirmu hingga kita larut dalam satu seduhan

dan pada perjamuan itu, bukankah kau sudah berjanji bahwa kita akan membicarakan semuanya, kecuali tentang perpisahan?

tetapi ketahuilah, wahai
ketika ladang kerinduan kian mengering
Ingatlah kopi yang kubuat di penghujung senja itu
dua cangkir yang kita sulang untuk merayakan perih kepedihan, dan satu cangkir yang menjelma kenangan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun