Mohon tunggu...
Hanny Susilawati
Hanny Susilawati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Interior Designer I Taurus I Simple\r\n\r\nMenurutku hidup adalah seni, semua yang ada di sekitarku adalah seni termasuk lalat yang berkerumun pada tumpukan sampah sekalipun bagiku itu seni

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Genduk Lelah di Negeri Orang

16 April 2013   00:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:08 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13660737331352767273

[caption id="attachment_255008" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi/ Admin (kompas.com)"][/caption] Daster batik terusan panjang Hanya tiga pasang yang ia punya Aromanya bercampur antara aroma bawang juga keringat Ia cuci saat menjelang datangnya lelap Genduk sesungguhnya rindu negerinya Negeri Genduk terdengar negeri yang sudah menjadi negeri antah brantah Meskipun begitu .... Genduk tetap mencintai negerinya Samar samar genduk merapikan kenangannya Kenangan di mana ia harus terpisah dengan putrinya Yang seharusnya belum boleh di sapih Namun genduk mengikat puting susunya Air mata Genduk juga jeritan putrinya Tangisan Mbok dan Bapaknya Adik adiknya yang sedih Cinta yang ia ikat jadi satu dengan tiga baju batik yang baru ia beli Genduk melintasi awan Menganyam matahari Membuntal air mata Sesekali menyeka air susunya yang terus meleleh Genduk , menguap tanda raga perlu di rebahkan Genduk jauh mencari nafkah di negeri orang Genduk menangis setiap malam Genduk terkadang juga marah , saat ia tak lagi bisa menyusui anaknya Namun ini sketsa yang harus ia gores dalam dua tahun lamanya Genduk di sebut babu Di sebut pahlawan devisa Genduk tak ambil pusing soal sebutan apa yang tepat untuknya Genduk hanya meratapi Dan bertanya, Kenapa tak ada pilihan , agar ia tetap bisa mendekap putrinya Juga bisa melihat usia si Mbok dan Bapak yang merangkat senja Genduk berharap Negerinya kaya raya seperti dalam cerita Genduk berdoa agar majikannya yang jahat suatu ketika mencari pekerjaan di negerinya Genduk juga memohon supaya Tuhan mengubah nasibnya PF (Enambelas, Empat, Tigabelas )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun