Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi kenangan luka sang pendusta

11 Maret 2015   02:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:50 2179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sakit yg telah menjalar dalam jiwa ku benar-benar mengahancurkan hidup ku..
Gimana mungkin aku mampu berdiri
Sementara penantian hati yg selama ini ku jalani menemui titik duri...

Rasa yg tulus ku berikan untuknya ternyata hanya sebuah permainan belaka...
Penantian yg ku tunggu penuh setia akhirnya DIA BERDUSTA..

Hati yang telah ku yakini akhirnya di khianati..

DIA lembut dalam tutur kata
DIA pandai dalam mengolah bahasa
Tapi di balik kata hatinya penuh tipu daya...

Inilah rilisan penantian kami yg telah terhempas dusta..
Ketika penantian hanyalah kerudung pelampiasan belaka...

" PENDUSTA "

Kerling nada mengema terlelap irama padam tak bersua
Lalang mejulang duka jerit lafas menggerang luka...

Bermadah sunyi lantunan kidung-kidung elegi
Bersyair menari aksara ratap di antara tarian-tarian jemari..

Memeluk erat pinggiran beku kedukaan
Di antara sisa-sisa nafas kelukaan..

Rentang kasih terkulai di tepian
Terhempas gemuruh badai tinggalkan selarik impian..

Ku pandang keluh tentang suratan yg tergenggam
Ketika awan mulai lelah terberai merebah malam..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun