Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika Cinta Bermadah Dusta

17 Agustus 2014   20:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Inilah rilisan penantian kami yg telah terhempas dusta
Ketika penantian hanyalah kerudung pelampiasan belaka...

"KETIKA CINTA BERMADAH DUSTA"

Kerling nada mengema terlelap irama padam tak bersua
Lalang mejulang duka jerit lafas menggerang luka...

Bermadah sunyi lantunan kidung-kidung elegi
Bersyair menari aksara ratap di antara tarian-tarian jemari..

Memeluk erat pinggiran beku kedukaan
Di antara sisa-sisa nafas kelukaan..

Rentang kasih terkulai di tepian
Terhempas gemuruh badai tinggalkan selarik impian..

Ku pandang keluh tentang suratan yg tergenggam
Ketika awan mulai lelah terberai merebah malam..

Saat rembulan mulai tertutup kabut legam
Sosok raga sang penyair kejora rebah terkulai di pelukan kelam..

Ku pun bertanya...
Di manakah perasaan mu...?
Saat kau ucap kata LUPAKAN AKU..!

Di mana letak mata hati mu...
Saat bibir indah mu dengan lantang mengucap SELAMAT TINGGAL....!

Dan di mana perasaan mu..
Ketika penantian yg ku pertahankan dengan diam-diam kau MENGIKAT TALI PERTUNANGAN..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun