Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamala Harris Penyelamat Vote Joe Biden?

10 November 2020   20:28 Diperbarui: 11 November 2020   15:48 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun 2020 menjadi saksi sejarah negara Amerika Serikat memiliki vice president wanita untuk pertama kalinya. Tampaknya kali ini bukan hanya masalah gender yang menjadi sorotan dunia. Namun, latar belakang Kamala Harris juga menjadi perbincangan di kancah internasional. Wanita berusia 56 tahun ini,   lahir di Oakland California. Ia konsisten mendedikasikan dirinya ke dalam ranah hukum Amerika sejak 1990. 

Beranjak dari profesinya sebagai jaksa agung di California, Kamala melebarkan sayapnya ke ranah politik dengan menjadi Senator di kota tersebut. Bisa dibilang rekam jejak yang dimilikinya berjalan mulus. Pencapaian karier terapiknya dibuktikan ketika Joe Biden mengajaknya untuk berjuang bersama pada pemilihan presiden Amerika ke 46. 

Kehadiran Kamala tentu saja mengundang banyak pertanyaan dan spekulasi para pengamat politik. Strategi apa yang dimainkan Biden hingga menjatuhkan pilihannya ke Kamala ?. Apakah tragedi Black Lives Matter menjadi salah satu pemicu bahwasanya Amerika membutuhkan satu sosok yang dapat mewakili keberagaman etnis dan budaya di negaranya? Identitas Kamala seakan akan menjadi nilai tambah yang menguntungkan bagi Joe Biden!

Kamala Haris memang anak seorang imigran, ayahnya, Donald J. Harris imigran asal Jamaica datang menempuh ilmu pendidikan S3 pada tahun 1961. Sedangkan pada tahun sebelumnya, ibunda Kamala, Shyamala Gopalan asal Tamil Nadu, India menempuh jenjang pendidikan yang sama. 

Sampai disini, dapat ditarik kesimpulan apakah isu keberhasilan anak imigran inilah yang mendukung kandidat capres Kamala Harris meraih kemenangan? Saya kira setelah empat tahun dibawah pemerintahan sebelumnya, mungkin rakyat Amerika sudah mulai merasa lelah akan gap yang semakin tergali sejak beberapa tahun belakangan ini. 

Sejak Trump terpilih menjadi presiden Amerika ke 45, negara besar ini seakan akan terbelah menjadi dua bagian. Satu kubu merasa sangat Amerika dan kubu satunya tidak merasa seperti bagian dari bangsa ini. Dalam berpolitik, suatu bangsa terpecah belah atas dasar ideologi politik memanglah wajar. 

Namun ketika suatu bangsa terpecah belah atas dasar harkat martabat itu sendiri, sayapun bertanya- tanya "kita ini hidup di zaman apa?". "Dunia yang seperti apa yang akan kita tinggalkan untuk generasi mendatang?". Kalau kenyataannya globalisasi manusia dan imigrasi sudah bukanlah hal yang baru!.

Kalau mau melihat sejarah yang ada, negara Amerika memanglah hasil karya para Imigran! Sejarah imigrasi Amerika bermula pada abad Ke 16 dimana pemerintahan  Inggris  menempatkan  tiga belas koloninya yang mayoritas berkebangsaan Inggris di Amerika bagian timur. Tercatat imigran Amerika yang pertama  bermukim di kota Jamestown. Sebelum Amerika mendeklarasikan "Independence Day" tahun 1776, negara ini mengalami beberapa fase gelombang imigrasi. 

Seperti yang kita ketahui etnis afro-america memiliki persentase signifikan terhadap populasi di Amerika. Ternyata, imigran asal benua Afrika ini memang sengaja didatangkan melalui program perbudakan "Royal Company of African Slave Trade" tercatat pada tahun 1649-1661. Kurang lebih 5% orang berkulit hitam mengisi proporsi imigran pada tahun 1650. Seiring dengan waktu, persentase inipun berkembang menjadi 20 % pada tahun 1776.

Stigma Amerika sebagai "negara yang menjanjikan " menggoda para imigran untuk menjajal peruntungan mereka! Dua alasan utama yang membuat persentase imigran membengkak pada abad ke 19 adalah alasan keagamaan dan perekonomian. Pada masa itu, benua Eropa memang sedang bergonjang ganjing dengan urusan keagamaan. 

Maka tidak heran, pada abad ini  gelombang imigran asal Eropa menjajaki kontinen Amerika. Baru pada awal abad ke 20, Amerika mulai menyoroti secara serius gelombang kedatangan imgran. Ellis Island menjadi kantor imigrasi yang berada dibawah kontrol pemerintah tertanda januari 1892- November 1954. Amerika memperketat penerimaan para imigran melalui fit and proper test serta pajak imigran. Kuota imigrasi diberlakukan demi meregulasi fluktuasi gelombang imigran!. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun