Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Laicite" Perancis, Fanatisme adalah Candu!

31 Oktober 2020   19:56 Diperbarui: 1 November 2020   07:54 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berkumpul di sekitar bunga dan lilin yang dipajang di pintu masuk sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine, Perancis, setelah seorang guru dipenggal oleh seorang penyerang yang telah ditembak mati oleh polisi, Sabtu (17/10/2020). Seorang guru sekolah menengah Paris dibunuh dan dipenggal setelah dilaporkan menunjukkan dan membahas karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.(AFP/BERTRAND GUAY via kompas.com)

Rasanya hidup di negara modern dengan rasisme terhadap ras dan agama sudah menandakan kemunduran zaman! Kalau kaum ekstremis kanan memakai isu agama sebagai momok kedaulatan negara Perancis, mungkin perihal kartun ala Charlie Hebdo tidak akan menjadi sorotan utama lagi. Karena tidak akan adalagi keberagaman budaya di Perancis.

Sampai di sini apakah karikatur menjadi lebih penting daripada hakikat hidup manusia itu sendiri?

Mungkin kalau saya bisa mengaitkan falsafah persamaan negara ini dengan pemikiran filosof besarnya, saya memilih eksistensialisme Jean-Paul Sartre. Bagi sebagian orang paham ini seringkali dikaitkan dengan Atheisme yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan.

Padahal kalau mau ditelaah lebih jauh, pemikiran eksistensialisme itu sendiri berbeda dari Atheisme. Paham ini berasumsi seandainya Tuhan itu nyata adanya maka Ia itu tidak ada kaitannya dengan semua kejadian yang terjadi di dunia ini! Manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan keputusan mereka.

Berdiri di atas kebenaran versi ini, manusia menjadi pelaku utama atas semua kejadian di dunia. Humanisme akan menjadi alasan utama manusia mengambil keputusan untuk bertindak. Mereka tidak akan lagi mengatasnamakan Tuhan sebagai alasan utama atas perbuatan mereka.

Seandainya manusia memakai logika ini, mungkin keributan berkedok agama menjadi hal yang tidak wajar. Karena untuk apa meributkan sesuatu yang yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan dunia ini.

Berangkat dari pengertian filosofi Sartre, laicite, dan keagamaan sebagai ranah pribadi sejatinya akan lebih mudah dipahami. Hubungan kebatinan manusia dengan Tuhan mungkin akan menjadi lebih intim dan mesra.

Lalu, siapa yang akan menderita? tentu saja partai politik dan golongan yang tidak bisa lagi menunggangi agama di atas kepentingan pribadinya! Dengan begitu waktu dan tempat saya persilahkan untuk mereka yang hanya bisa gigit jari saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun