Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Mendung di Musim Kemarau

17 Juli 2021   14:28 Diperbarui: 18 Juli 2021   13:02 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi langit mendung| Sumber: Pexels via Pixabay

Menghitung kenang
Nama-nama yang pernah menetap
Satu per satu menyebut dirinya hilang
Siapa tahu juga dalam hitungan hari kau dan aku mungkin berikutnya yang akan lenyap

Mendengar pulang
Suara-suara lama yang kemudian mengering. Tuhan tak melarang, semesta pun tak mengarang
Apabila masing-masing kening kita sejenak bersimpuh saling merayakan hening
Dalam bisikan-bisikan luka yang kemungkinan tetap datang

Kita pun masih percaya hari-hari akan kembali cerah
Namun tak memungkiri juga jika di salah satu mendung kedua mata kita akan kembali basah
Oleh perhitungan yang salah
Atau keyakinan yang kalah

Tetapi kau dan aku
Jangan dulu terbunuh
Sebab diantara kita masih saling berutang, sembuh
Untuk sebuah kenangan manis yang mungkin saja takkan mengering di musim kemarau

***

Puhid Akhdiyat

17/07/21.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun