Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Untuk Sebuah Nama yang Kini Menjadi Hama

25 Juni 2019   16:26 Diperbarui: 30 Juni 2019   05:47 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
oneminuteonline.wordpress.com


Untuk sebuah nama yang tersisa
Mengapa namamu tak ikut pergi saja
Bukankah kita sudah lama berhenti menyukai kopi hitam?
Tapi anehnya namamu itu seperti ampas kopi yang masih saja menempel di secangkir malam.

Untuk sebuah nama yang tertinggal
Mengapa namamu tak ikut meninggal
Bukankah kita sudah lama memusuhi lagu cinta?
Tapi mengapa piringan hitam namamu itu masih sering terputar di fonograf kepala.

Untuk sebuah nama yang teringat
Mengapa namamu tak ikut minggat
Kita sudah tidak lagi serumah, bukan?
Tapi mengapa namamu itu seperti fentilasi jendela masih saja mengeluar masukkanmu sembarangan.

Untuk sebuah nama yang menetap
Mengapa namamu tak ikut lenyap
Kita sudah tidak lagi merokok, bukan?
Tapi anehnya namamu itu masih seperti abu rokok yang masih menginap di asbak ingatan.

Untuk sebuah nama yang menjadi hama
Mengapa namamu itu menggangu atma
Bukankah kita sudah lama tidak bercocok tanam kisah yang baru?
Tapi anehnya namamu itu seperti kutu buku yang rajin melahap habis setiap huruf-huruf baruku. Terutama apabila aku hendak menulis segala hal yang di situ sudah tak lagi melibatkan namamu.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun