Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Peri Bunga dan Benih Dandelion

21 Mei 2019   19:13 Diperbarui: 21 Mei 2019   19:22 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih aku ingat tatkala di samping rumah Peri bunga, dalam sepetak tanah di gumuli rerumputan kering; Iya aku pun telah mengering di sana, yang di mana aku tiada pernah meminta kepada Tuhan untuk tumbuh jalang di sebuah zaman pra-sejarah cinta.

Terlalu ada banyak sebab-akibat kenapa tanaman suram sepertiku tumbuh sembarangan meliarkan jalan pandang memaknai cinta, namun aku yang ditelantarkan dunia pun dibesarkan dengan air mata wanita terlalu mudah diperdaya oleh cinta Peri bunga. 

Maka sumirnya tak segan-segan pula ia petik tangkai hatiku kemudian terbangkan begitu saja benih dandelion repihku bersama desiran angin tawanya. 

Ia pikir aku dan kenanganku akan lenyap begitu saja, Tidak aku malah semakin tumbuh subur di kehidupan baru yang jauh lebih indah; Lihatlah kuningku akan membuatku lebih berhati-hati sesudahnya. 

merrostore.com
merrostore.com
Terima Kasih, Peri Bunga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun