Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - â›”

Feel nya mana?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Cuma Aku, di antara Seribu Kupu-kupumu yang Dungu

16 Mei 2019   07:04 Diperbarui: 16 Mei 2019   07:38 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku pernah beberapa kali bolak-balik menatap gambarmu, sambil di batin membisik; Maha Sempurna Tuhanku yang telah mengirimkan sampel sederhana bidadari surga yang dengan alasan apa Dia sesatkan di bola mataku.

Sungguh paras asri Puan seperti menghipnotis planet sadarku yang kemudian ubahku seperti lelaki dungu-lugu tunduk-patuh berputar mengelilingi hangatnya mentari sapamu; Bahkan hingga lampu malam kupejam Puan selalu rajin mengorkestrasikan keteduhan jagat mayamu.

Puan, tidak lelahkah dikau belakangan ini beterbangan di atas kerasnya kepalaku, atau jangan-jangan dikau mungkin sedang belajar nakal hingga tugasmu kini hanya menggoda seribu kupu-kupu dungu demi hinggap sebentar untuk terbangkan sepimu. 

Ah, hari ini sepertinya aku terlalu malu untuk sekedar mengintip dari jauh pesta perayaan taman bunga yang sejak kemarin perasaanmu sedang harum-harumnya. Maaf sekali Puan aku tak bisa datang sebab aku kini cuma aku, di antara seribu kupu-kupumu yang dungu. 

Semalam sayap-sayapku yang berwarana biru itu telah ku hibahkan pada Pangeran bianglala tepat seusai peri hujan ku tikam mati tadi pagi; Saat air mata basahi malu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun