Mohon tunggu...
Pudji Hastuti
Pudji Hastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Paud

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Baca Tulis Berhitung untuk Anak Usia Dini

9 Februari 2023   12:15 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:19 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimana seorang anak usia dini mulai memasuki jenjang pendidikan di sebuah lembaga, orang tua sangat bangga dan senang ketika anaknya sudah bisa menulis, membaca, dan berhitung. 

Orang tua tersebut dengan bangganya mengetes kemampuan anaknya di depan saudara atau temannya. Padahal kemampuan anaknya mungkin hanya masih sebatas hafalan saja. Sehingga, kebanggaan orang tua tersebut menjadikan salah satu tolok ukur keberhasilan seorang anak usia dini terutama ketika anak tersebut telah mengikuti lembaga pendidikan.

Dan hal tersebut akhirnya berpengaruh pada pola pendidikan yang diberikan pada anak usia dini. Lembaga atau satuan pendidikan merasa tuntutan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa membaca, menulis, dan berhitung menjadikan mereka memberikan berbagai macam metode untuk anak didiknya agar bisa segera membaca dan berhitung. 

Sedangkan pihak orang tua juga merasa bahwa banyak sekolah dasar yang memberikan syarat secara tersirat bahwasannya anak yang diterima sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung. Sehingga, mereka menuntut pihak lembaga atau satuan pendidikan untuk memberikan bimbingan sendiri pada anaknya agar bisa membaca, menulis, dan berhitung sebelum memasuki jenjang sekolah dasar.

Fenomena yang ada ini menjadikan suatu dilematik antara pihak pendidik dan orang tua, dimana masing-masing memiliki alasan yang kuat dalam pemberian program pendidikan baca, tulis, dan berhitung. 

Pada akhirnya, timbul pertanyaan “Apakah memang anak usia dini sudah siap diberi materi CALISTUNG?”. Tahap anak usia dini memang pada masa emas pada usia 0-6 tahun, dimana 50% perkembangan otak anak berkembang sangat pesat pada usia dini. Sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan pada anak sangat dibutuhkan untuk merangsang rangkaian saraf pada otak anak. 

Anak usia dini pada hakikatnya adalah dalam masa bermain, sehingga pemberian suatu stimulus atau rangsangan dikemas dalam suasana yang menyenangkan, dimana pada suasana senang akhirnya akan membuka rangkaian saraf otaknya untuk menerima informasi baru dan akan menetap menjadi suatu pengetahuan bagi anak.

Pendapat seorang ahli atau pakar dalam mengajarkan membaca dan berhitung sejak bayi “Glenn Doman” mengatakan bahwa ketika seorang anak sudah bisa mendengar dan melihat maka membaca dapat segera distimulasikan. Tentunya stimulus yang diberikan adalah sesuai dengan usia perkembangan anak dan diberikan dengan metode yang tidak dengan paksaan. 

Maka dari itu, ketika kita akan mengajarkan membaca dan berhitung adalah dengan memberikan rangsangan yang konkrit dan dengan suasana senang yang dikemas dengan berbagai macam kegiatan yang menyenangkan. 

Kegiatan awal untuk merangsang pengetahuannya adalah dengan seringnya dibacakan cerita bergambar, dimana anak akan mendengar dan mengamati gambar yang ada. Dengan kegiatan tersebut anak juga sudah mulai merangkai materi (ingatan) yang nantinya akan berkembang menjadi suatu konsep yang luas seiring dengan perkembangan usianya.

Dalam kegiatan lainnya, ketika anak dirangsang untuk membaca dan berhitung contohnya, anak diminta menghitung jumlah permen yang dia bawa sambil menyebut dan menunjukkan nama permennya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun