Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Klaster Penanganan Bencana Dampak Separatisme Papua dan Mawas Diri TNI

10 September 2019   04:13 Diperbarui: 14 September 2019   07:24 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto ilustrasi : regional.kompas.com 5 Agustus 2019)

Bencana politik separatisme

Kompasioner Leya Cattleya, mengungkapkan keprihatinannya melalui artikelnya berjudul "Konflik apapun soal Papua, perempuan dan anak paling menderita" ( kompasiana.com, 30 Agustus 2019).  

Apa yang dialami para lansia, ibu dan anak-anak yang terjebak pada situasi konflik Papua, sehingga terpaksa mengungsi meninggalkan pemukimannya sebenarnya sudah termasuk kategori bencana. 

Mungkin ada yang berpendapat hal itu berlebihan, maklum bila kita membahas bencana yang biasa kita perbincangkan adalah tsunami, gempa tektonik, gempa vulkanik, banjir bandang, longsor dan kebakaran hutan. 

BMKG pun memilih propinsi Papua dan Provinsi Papua Barat termasuk dalam daerah yang terpasang sirine peringatan dini gempa dan tsunami <1>. Selain  faktor rangkaian ring of fire, sama seperti di daerah lain, faktor dampak salah kelola lingkungan dan eksploitasi sumber daya seperti banjir bandang juga terjadi di Papua.

Namun terdapat jenis bencana yang terus mengintai di sepanjang tahun bagi Papua, yang tidak selalu terjadi di daerah lain, yaitu bencana politik yang tergolong bencana nonalam, yang penyebabnya manusia. 

Berbeda dengan rusuh massa terkait dinamika politik pilpres yang potensi terjadinya periodik lima tahun, bencana politik di Papua bisa terjadi kapan saja. 

Hal ini karena terkait upaya KKSB yang berusaha memanfaatkan setiap peristiwa sensitif untuk dimanfaatkan sebagai wahana menunjukkan eksistensinya, maupun pihak asing yang berkepentingan mendorong lepasnya Papua dari NKRI.

Ulah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) membuat TNI mengambil sikap untuk mengamankan jalannya roda pembangunan yang sasarannya adalah percepatan terwujudnya pemerataan kesejahteraan rakyat Papua. 

Upaya TNI mendukung Polri menegakan hukum harus ditebus dengan gugurnya prajurit TNI dan bhayangkara Polri terbaik. Kompas.com 8 Maret 2018 menyebutkan bahwa tiga prajurit TNI yang meninggal dalam kontak senjata dengan KKB adalah personel Satgaskum TNI. 

Dalam kurun waktu April 2018 sampai dengan Agustus 2019 telah gugur 13 Prajurit TNI dan 4 anggota Polri (kompas.com, 14 Agustus 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun