Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara Dili, Dolly, dan Kamp Madiba Beni dalam Belitan Transimi IMS-HIV (2)

22 Juli 2019   12:25 Diperbarui: 22 Juli 2019   16:02 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang prajurit Angkatan Darat RD Kongo sedang diantar berobat ke Rumah Sakit Lapangan Kontingen Garuda XX-B di Bunia Kongo, tahun 2005. Foto Dokpri.

Artikel (1) sebelumnya:  Antara Dili, Dolly, dan Kamp Madiba Beni dalam Belitan Transmisi IMS-HIV (1) 

1. Bertugas di negeri asal HIV

Dalam rangka mencegah dan menanggulangi HIV-AIDS di lingkungan prajurit dan kekuarganya, pimpinan TNI memandang perlu adanya perangkat lunak yang diterbitkan sejak awal dekade sembilanpuluhan. Setiap personel yang akan mendapat tugas operasi militer di dalam maupun di luar negeri, harus menjalani skrining tes HIV, demikian pula saat kembali dari penugasan. 

Penapisan HIV juga dilakukan pada calon anggota TNI, seleksi pendidikan pengembangan maupun medical check up berkala, bahkan menjadi persyaratan pemeriksaan kesehatan pranikah. Dengan demikian pemeriksaan skrining HIV di jajaran TNI bersifat mandatory untuk melindungi satuan, agar prajurit siap bertugas dan menjamin kesejahteraan keluarga. Kegiatan kesehatan preventif ini dilaksanakan di satuan/pangkalan, juga saat melaksanakan tugas operasi di dalam maupun di luar negeri.

Salah satu pengalaman melaksanakan pembinaan kesehatan preventif di medan operasi penulis alami pada tahun 2004-2005, saat bertugas sebagai perwira kesehatan Satgas Kompi Zeni TNI (Indoeng-Coy) Kontingen Garuda XX-B dalam Operasi Pemeliharaan Perdamaian di Republik Demokratik Kongo/MONUC. Kepada calon anggota satgas diberikan  pembekalan sebelum berangkat bertugas, diantaranya adalah penekanan tentang tingginya angka kasus HIV di Kongo. Laporan UNAIDS untuk wilayah Afrika Tengah dan Timur pada tahun 2003 tercatat RD Kongo menduduki urut nomor 5 dengan jumlah total 1 juta kasus HIV dan angka kematian 100.000 <1>.

Kongo, negeri kaya tambang emas dan berlian namun rakyatnya terbenam dalam penderitaan kemiskinan akibat konflik antar faksi yang tak kunjung usai, adalah negeri asal virus HIV.  Pada tahun 1920 virus HIV diyakini ditemukan pertama kali di Kinshsa, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi Simian Immunodeficiency Viruses (SIV) dari simpanse dan gorila kepada manusia <2>.    Science Art memberitakan sebagaimana dikutip Intisari online bahwa jalur kereta api dibangun untuk mengimbangi kemajuan Kinshasa dan kaum muda yang berdatangan mencari kerja di Kinshasa. Kondisi tersebut diikuti dengan praktek prostitusi dan hal ini dianggap sebagai jalur penyebaran HIV ke seluruh dunia <3>.

Pada pertengahan tahun penugasan, Indoeng-Coy melakukan perpindahan komando taktis (kotis) dari distrik Ndoromo ke Madiba Camp di kota Beni Provinsi Kivu Utara. Kamp Madiba kami tempati bersama Kontingen Batalyon Infanteri Mekanis Afrika Selatan (SAI-Batt). Salah satu tugas SAI-Batt adalah mengawal kami yang sedang membangun landasan pacu lapangan terbang Mavivi-Beni. Bandara Mavivi semula hanya lapangan rumput yang berfungsi sebagai lapangan terbang perintis. Tugas Indoeng-Coy adalah meningkatkan kapasitas dan membangun landasan pacu agar bisa didarati pesawat sekelas C-130 Hercules untuk mendukung mobilisasi pasukan PBB.

Tim kawal taktis dan ambulan Kompi Zeni TNI Konga XX-B di Kamp Madiba Beni, sedang persiapan menuju lokasi  pengerjaan landasan pacu bandara Mavivi Beni North Kivu Kongo 2005. Foto Dokpri.
Tim kawal taktis dan ambulan Kompi Zeni TNI Konga XX-B di Kamp Madiba Beni, sedang persiapan menuju lokasi  pengerjaan landasan pacu bandara Mavivi Beni North Kivu Kongo 2005. Foto Dokpri.

Area Kamp Madiba dikelilingi gundukan tanah setinggi 3 meter plus pagar kawat berduri. Pada hari pertama di Kamp Madiba, sebagai perwira kesehatan kontingen penulis langsung melaksanakan observasi lingkungan dengan berjalan mengelilingi batas luar area kamp Madiba, dengan hasil diantaranya di banyak lokasi penulis menemukan bertebaran karet kondom bekas pakai. 

Temuan tersebut penulis sampaikan kepada dokter dan perwira intel SAI Batt, karena selain terkait masalah kesehatan juga berpotensi menjadi masalah sosial bila melibatkan warga lokal dan akhirnya menciderai misi penugasan pasukan PBB. Saya juga meninjau lokasi sungai yang akan menjadi sumber air baku yang akan kami gunakan sehari-hari. Sebagai pasukan zeni kami memiliki perlengkapan water treatment dan water purifier untuk menghasilkan air layak konsumsi. Tim kesehatan Indoeng- Coy juga dilengkapi perangkat pemeriksaan air.

Penulis bersama perwira Kompi Zeni Uruguay setelah selesai penyematan Medali PBB dalam upacara Medal Parade di Kota Bunia Provinsi Ituri Kongo, September 2005. Foto dokpri.
Penulis bersama perwira Kompi Zeni Uruguay setelah selesai penyematan Medali PBB dalam upacara Medal Parade di Kota Bunia Provinsi Ituri Kongo, September 2005. Foto dokpri.

Tim kesehatan Indoeng-Coy Garuda dan Tim kesehatan SAI-Batt sering bekerja sama di lapangan. Meskipun antara tim kesehatan Indonesia dan SAI Batt saling membantu baik untuk urusan kesehatan kuratif maupun preventif, namun kami memiliki pandangan yang berbeda untuk masalah pencegahan penyakit HIV. Tentu saja kami memiliki resiko ancaman yang sama terkait tingginya jumlah penderita HIV di Kongo. 

Di kontingen Indoeng-Coy, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi tentang IMS intensif dilakukan kepada seluruh anggota pasukan. Model pendekatan preventif baik sebagai pembinaan kesehatan maupun pembinaan mental rohani lebih di kedepankan di Kontingen Garuda.

Penulis membentuk peer leader pada setiap unit kerja. Para peer leader diminta menjadi role model atau teladan; komunikator dan narasumber bagi anggota unitnya. Melalui pendekatan perilaku inilah upaya pencegahan HIV/AIDS dilaksanakan di medan tugas. Penyuluhan HIV-AIDS juga dilakukan oleh perwira staf kesehatan Markas Besar MONUC yang mengunjungi setiap kontingen pasukan PBB sambil melakukan supervisi kegiatan kesehatan.

Ini berbeda dengan yang dilaksanakan di SAI-Batt, tersirat mereka lebih permisif, sebagai contoh di ruang tunggu klinik batalyon SAI, selain disediakan bacaan majalah juga disiapkan kotak berisi kondom yang bisa diambil setiap saat. Di kontingen Indoeng-Coy kondom tersedia di kontainer gudang material kesehatan dan tas perangkat kesehatan personel kesehatan sebagai wujud ketaatan kepada norma baku kelengkapan bekal kesehatan pasukan yang telah ditentukan PBB. Saat penulis mengunjungi klinik kesehatan kontingen Pasukan PBB dari Pakistan, Bangladesh, Yordania dan Maroko, penulis juga tidak mendapati kondom disediakan di ruang tunggu pasien seperti di SAI-Batt.

2. Manajemen stres dan peer leader

Tantangan prajurit Indoeng-Coy selama bertugas di Kongo adalah perubahan cuaca yang ekstrim dari panas menyengat yang dapat memicu heat stroke prajurit, lalu berubah mendadak hujan es, tingginya curah hujan, buruknya transportasi darat, medan tugas pekerjaan konstruksi melintas hutan dan ketinggian serta faktor keamanan. Kerugian terbesar dialami kontingen Batalyon Infanteri Mekanis Bangladesh (Ban-batt), ketika sembilan prajuritnya gugur saat melaksanakan patroli sektor akibat kontak tembak dengan salah satu faksi yang bertikai di Kongo.

Aspek Geomedik lainnya yang mengancam penugasan Indoeng-Coy adalah endemi malaria, penyakit ebola dan tingginya kasus pengidap HIV. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang mengancam daya tahan tubuh prajurit, meningkatkan angka kesakitan dan resiko kematian yang berdampak pada menurunnya produktifitas kerja serta terhambatnya target penyelesaian proyek konstruksi yang dibebankan kepada Kontingen Pasukan Garuda.

Beratnya tugas ini mewajibkan komandan satgas dan perwira staf untuk selalu mengarahkan prajurit TNI fokus pada misi dan berusaha keras tidak melanggar code of conduct pasukan PBB, termasuk melanggar kehormatan wanita, serta terpacu memelihara status kesehatan agar siap bertugas dan terhindar dari resiko IMS-HIV. 

Ada pendapat yang bersifat gurauan di kalangan prajurit bahwa berpisah lama dengan keluarga dapat menimbulkan perasaan yang "semula tidak menarik, lama-lama berubah menjadi menarik hati". Fenomena ini disebut dengan istilah "penyakit kuning". Meskipun bersifat humor, hal ini menjadi alasan bagi komandan satuan di daerah operasi untuk menetapkan kebijakan memperketat pengawasan dan pengendalian personel di bawah komandonya.

Untuk melihat manfaat kegiatan terstruktur yang diselenggarakan oleh Indoeng-Coy sebagai implementasi pengendalian dan pengawasan personel selama melaksanakan tugas di RD Kongo, ada baiknya kita memperhatikan hasil penelitian Nina Maria Desi dkk tentang "Perilaku seksual beresiko pada pedagang bawang merah di kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes" (2018 : 15) <4>. 

Meskipun sampel penelitian adalah para pria pedagang bawang merah, menurut penulis tetap relevan untuk menjadi bahan pertimbangan karena persamaan kedua entitas ini sebagai kelompok high risk man. Nina Maria Desi dkk menyimpulkan bahwa hasil analisis multivariat menunjukkan ada tiga varibel yang signifikan berpengaruh terhadap perilaku beresiko yaitu kegiatan waktu luang, religiositas dan usia.

Relevan dengan hasil penelitian Nina Maria Desi dkk, maka selain pengawasan dan pengendalian personel yang ketat, perwira operasi dan perwira personalia sebagai staf komandan Satgas harus menyusun kegiatan terstruktur yang meminimalkan adanya waktu luang, melaksanakan kegiatan yang meningkatkan religiositas serta memanfaatkan sebesar-besarnya faktor usia produktif prajurit dan potensi kemampuan fisik prajurit untuk mencapai sasaran tugas yang optimal. 

Selain melaksanakan kegiatan pokok, juga dirancang beberapa bentuk kegiatan yang meliputi pesiar terpimpin dan olah raga bersama antar kontingen Pasukan PBB maupun dengan warga lokal. Kontingen Garuda juga menerima kunjungan untuk ibadah sholat jumat bersama dari kontingen negara lain, pengajian rutin, ibadah di gereja lokal, latihan kesiapan operasional rutin, rotasi antar sektor penugasan dan kotis, bakti sosial bagi masyarakat di wilayah tugas  serta malam pertemuan seni budaya antar kontingen pasukan PBB. Menurut penulis, ragam kegiatan terstruktur yang disusun staf operasi tersebut juga bermanfaat meredakan stres bagi individu dan kelompok unit kerja, yang tentu saja diselenggarakan dengan tetap memperhatikan faktor keamanan.

Prajurit TNI yang bertugas pada misi PBB berkewajiban mempertahankan dan meningkatkan nama baik kesatuan dan martabat bangsa Indonesia di tengah entitas militer berbagai negara di area misi PBB, serta secara tidak langsung melaksanakan tugas diplomasi. Reputasi pasukan PBB tercoreng ketika pada tahun 2015, Babacar Gaye, diplomat asal Senegal yang bertugas sebagai Kepala Misi Perdamaian Afrika Tengah dicopot jabatannya oleh Sekjen PBB karena indikasi pelanggaran seksual pasukan PBB MINUSCA di bawah komandonya terhadap warga lokal <5>. Pada tahun 2007, PBB juga memulangkan 114 prajurit Srilanka yang bertugas di Haiti,  karena terlibat eksploitasi seks terhadap wanita lokal. 

Setiap Kontingen Pasukan Garuda yang sedang melaksanakan tugas misi PBB, sebagai duta bangsa di belahan dunia manapun menginginkan tugasnya berhasil tuntas, tidak memalukan kesatuan dan martabat bangsanya, serta terjamin kesejahteraan keluarga prajurit. Setiap keluarga prajurit tentu mendoakan agar prajurit  kembali dari penugasan dalam keadaan selamat dan sehat. Maka setiap prajurit juga harus berusaha agar tidak  pulang dari penugasan membawa oleh-oleh penyakit  IMS-HIV, lalu menjadi sumber penularan bagi keluarga dan masyarakat serta berpotensi menurunkan kesiapansiagaan perorangan maupun satuan.

Bendungan Hilir, 19072019.


Sumber :
1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/HIV/AIDS_di_Afrika,
2. Karunia Ramadhan. http://yankes.kemkes.go.id/read-kenali-sejarah-hiv--aids-4428.html.

3. Tatik Ariyani. http://intisari.grid.id/amp/03968076/sanga-mengerikan-dari-manakah--virus-hiv-pertama-kali-disebarkan?page=all, 2 November 2018.
4. Nina Maria Desi dkk. "Perilaku seksual beresiko pada pedagang bawang merah di kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes". Jurnal Promosi Kesehatan Vol. 113/No.1/januari 2018.
5. Ardyan Mohamad. https://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/dunia/skandal-seks-kepala-pasukan-perdamaian-pbb-di-afrika-dipecat.html. 13 Agustus 2015.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun