Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antara Dili, Dolly, dan Kamp Madiba Beni dalam Belitan Transimi IMS-HIV (2)

22 Juli 2019   12:25 Diperbarui: 22 Juli 2019   16:02 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang prajurit Angkatan Darat RD Kongo sedang diantar berobat ke Rumah Sakit Lapangan Kontingen Garuda XX-B di Bunia Kongo, tahun 2005. Foto Dokpri.

Penulis bersama perwira Kompi Zeni Uruguay setelah selesai penyematan Medali PBB dalam upacara Medal Parade di Kota Bunia Provinsi Ituri Kongo, September 2005. Foto dokpri.
Penulis bersama perwira Kompi Zeni Uruguay setelah selesai penyematan Medali PBB dalam upacara Medal Parade di Kota Bunia Provinsi Ituri Kongo, September 2005. Foto dokpri.

Tim kesehatan Indoeng-Coy Garuda dan Tim kesehatan SAI-Batt sering bekerja sama di lapangan. Meskipun antara tim kesehatan Indonesia dan SAI Batt saling membantu baik untuk urusan kesehatan kuratif maupun preventif, namun kami memiliki pandangan yang berbeda untuk masalah pencegahan penyakit HIV. Tentu saja kami memiliki resiko ancaman yang sama terkait tingginya jumlah penderita HIV di Kongo. 

Di kontingen Indoeng-Coy, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi tentang IMS intensif dilakukan kepada seluruh anggota pasukan. Model pendekatan preventif baik sebagai pembinaan kesehatan maupun pembinaan mental rohani lebih di kedepankan di Kontingen Garuda.

Penulis membentuk peer leader pada setiap unit kerja. Para peer leader diminta menjadi role model atau teladan; komunikator dan narasumber bagi anggota unitnya. Melalui pendekatan perilaku inilah upaya pencegahan HIV/AIDS dilaksanakan di medan tugas. Penyuluhan HIV-AIDS juga dilakukan oleh perwira staf kesehatan Markas Besar MONUC yang mengunjungi setiap kontingen pasukan PBB sambil melakukan supervisi kegiatan kesehatan.

Ini berbeda dengan yang dilaksanakan di SAI-Batt, tersirat mereka lebih permisif, sebagai contoh di ruang tunggu klinik batalyon SAI, selain disediakan bacaan majalah juga disiapkan kotak berisi kondom yang bisa diambil setiap saat. Di kontingen Indoeng-Coy kondom tersedia di kontainer gudang material kesehatan dan tas perangkat kesehatan personel kesehatan sebagai wujud ketaatan kepada norma baku kelengkapan bekal kesehatan pasukan yang telah ditentukan PBB. Saat penulis mengunjungi klinik kesehatan kontingen Pasukan PBB dari Pakistan, Bangladesh, Yordania dan Maroko, penulis juga tidak mendapati kondom disediakan di ruang tunggu pasien seperti di SAI-Batt.

2. Manajemen stres dan peer leader

Tantangan prajurit Indoeng-Coy selama bertugas di Kongo adalah perubahan cuaca yang ekstrim dari panas menyengat yang dapat memicu heat stroke prajurit, lalu berubah mendadak hujan es, tingginya curah hujan, buruknya transportasi darat, medan tugas pekerjaan konstruksi melintas hutan dan ketinggian serta faktor keamanan. Kerugian terbesar dialami kontingen Batalyon Infanteri Mekanis Bangladesh (Ban-batt), ketika sembilan prajuritnya gugur saat melaksanakan patroli sektor akibat kontak tembak dengan salah satu faksi yang bertikai di Kongo.

Aspek Geomedik lainnya yang mengancam penugasan Indoeng-Coy adalah endemi malaria, penyakit ebola dan tingginya kasus pengidap HIV. Hal-hal tersebut merupakan faktor yang mengancam daya tahan tubuh prajurit, meningkatkan angka kesakitan dan resiko kematian yang berdampak pada menurunnya produktifitas kerja serta terhambatnya target penyelesaian proyek konstruksi yang dibebankan kepada Kontingen Pasukan Garuda.

Beratnya tugas ini mewajibkan komandan satgas dan perwira staf untuk selalu mengarahkan prajurit TNI fokus pada misi dan berusaha keras tidak melanggar code of conduct pasukan PBB, termasuk melanggar kehormatan wanita, serta terpacu memelihara status kesehatan agar siap bertugas dan terhindar dari resiko IMS-HIV. 

Ada pendapat yang bersifat gurauan di kalangan prajurit bahwa berpisah lama dengan keluarga dapat menimbulkan perasaan yang "semula tidak menarik, lama-lama berubah menjadi menarik hati". Fenomena ini disebut dengan istilah "penyakit kuning". Meskipun bersifat humor, hal ini menjadi alasan bagi komandan satuan di daerah operasi untuk menetapkan kebijakan memperketat pengawasan dan pengendalian personel di bawah komandonya.

Untuk melihat manfaat kegiatan terstruktur yang diselenggarakan oleh Indoeng-Coy sebagai implementasi pengendalian dan pengawasan personel selama melaksanakan tugas di RD Kongo, ada baiknya kita memperhatikan hasil penelitian Nina Maria Desi dkk tentang "Perilaku seksual beresiko pada pedagang bawang merah di kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes" (2018 : 15) <4>. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun