Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imajinasi dan Kontemplasi tentang Pertempuran Laut Aru

22 Januari 2019   08:56 Diperbarui: 22 Januari 2019   09:08 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imajinasi

Kuhirup kopi yang tinggal seteguk, kuletakkan cangkir alumunium dan kulayangkan pandang ke sekitarku. Meskipun gelap, aku masih melihat siluet teman-teman. Ada yang kepalanya menunduk mencoba tidur, ada yang kepalanya tegak seakan-akan memikirkan sesuatu. Kapal kecil ini membuat kami berdesakan tak nyaman. Apa boleh buat ini sudah perintah perwira muat kepada kami 1 peleton infiltran AD-RI yang tidak boleh berada di dek atas. Posisi dudukku dekat tangga menuju keluar palka, karena itu masih bisa kulihat bintang di langit. Ya sejak selesai makan saat masih senja, kami telah diberi tahu harus melakukan peran penggelapan dengan membatasi nyala lampu penerangan.

Aku tak tahu pasti kapan, perkiraanku 1 jam setelah anggota kapal melakukan pergantian jaga anjungan sore hari, tiba-tiba langit terang benderang, sejenak kemudian kudengar dentuman ledakan sedemikian kerasnya sehingga menimbulkan gelombang yang menggoyang lambung kanan kapal. Aku yang mencoba berdiri jatuh kembali. Kupegang erat senjataku, bila di darat tentu aku telah berguling mencari posisi lindung tinjau dan lindung tembak.

Dari pelantang suara kudengar, "Peran tempur, peran tempur, peran tempur bahaya permukaan". Anggota kapal kudengar berlarian di dek atas. Kembali kudengar ledakan di sisi kanan kapal, dan tembakan balasan RI Macan Tutul 650 dari senjata meriam Bofors 40 mm. Sebelum berangkat meninggalkan pangkalan aju, sempat kulihat jenis senjata yang terpasang di haluan dan buritan kapal itu dibersihkan oleh para operatornya.

Naluri menyelamatkan diri membuatku menaiki tangga palka, beberapa teman mengikutiku. Sampai di tepi railing lambung kanan, kembali terjadi ledakan di haluan, penembak 2 dan juru amunisi terpelanting. Aku berlari berniat menggantikan tugas mereka, ketika ledakan kembali terdengar dan kapal semakin miring. Masih sempat kudengar sayup-sayup perintah "peran peninggalan peran peninggalan". Sempat kulihat 2 kapal perang lainnya cikar belok ke kiri dengan kecepatan penuh meninggalkan palagan pertempuran laut. Lalu aku tak tahu lagi apa yang terjadi di sekitarku setelah ledakan berikutnya disertai kobaran api melahap badan kapal.

Upacara sebagai kontemplasi.

Tanggal 15 Januari 2019, seluruh jajaran TNI AL melaksanakan upacara Hari Darma Samudera di seluruh tanah air untuk memperingati pertempuran heroik di laut Aru . Saat pembawa acara membacakan sejarah pertempuran laut itulah, imajinasi liar membawa peserta upacara kepada situasi seandainya masing-masing berada dan menjadi bagian dari kapal perang kelas jaguar Motor Terpedo Boat RI Macan Tutul 650. 

Barangkali pada saat yang sama Pelda Purnawirawan Suparman juga sedang mengenang apa yang dialaminya 56 tahun yang lalu. Pak Suparman hadir sebagai tamu undangan pada acara ramah tamah setelah upacara parade memperingati Hari Darma Samudera di Mako Lantamal V Surabaya. Beliau adalah mantan ABK RI Macan Tutul 650, salah satu pelaku pertempuran di palagan Laut Aru yang masih hidup.

(dok.keluarga : Pelda Suparman dan Ny. Andrian salah satu warakawuri pelaku pertempuran Laut Aru bersama Komandan Lantamal V Laksma TNI Edwin SH).
(dok.keluarga : Pelda Suparman dan Ny. Andrian salah satu warakawuri pelaku pertempuran Laut Aru bersama Komandan Lantamal V Laksma TNI Edwin SH).
Pak Suparman mengawali dinas militernya sebagai prajurit ALRI dengan pangkat Kelasi Dua (KLD) pada tahun 1958 di satuan Komando Jenis Kapal Pemburu (Kojenru). Beberapa kapal perang yang sempat diawakinya setelah selamat dari pertempuran Laut Aru adalah KRI Anoa, KRI Angsa dan KRI Teluk Saleh. 

Selamat dari pertempuran Laut Aru dengan bukti bekas luka di paha dan dinding perut, dan dapat mengakhiri tugas pensiun sebagai prajurit TNI AL tahun 1989 dengan Pangkat Pembantu Letnan Dua (Pelda), tentu merupakan karunia Tuhan. Pak Suparman kemudian menjalani usia tuanya di kota Malang. Pada usianya yang masuk dekade 9, kesehatannya sudah menurun, sehingga menjadi tugas panitia peringatan Hari Darma Samudera untuk memberi perhatian dan melayaninya sebagai undangan kehormatan.

Sementara itu, saat para prajurit TNI AL berkontemplasi melalui upacara Hari Darma Samudera, di tempat lain di hari yang sama tanggal 15 Januari 2019, di kawasan Menteng Jakarta tengah berlangsung diskusi "Refleksi Malari" (Demo mahasiswa dan kerusuhan 15 Januari 1974). Dalam diskusi tersebut seorang politisi melontarkan informasi bahwa "China sedang melancarkan misi politik untuk menduduki negara yang menguntungkannya". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun